Nama Panggilannya, HARAPAN


Aku memuji Allah atas nikmatNya padaku
Semoga kau juga merasakan nikmat Allah padamu..
Entah nikmat kebaikan atau ujian..:)
Keduanya tetaplah nikmat dariNya

Ya, nama panggilannya adalah harapan
Ia harus kau kenali dengan dalam
Sebab, tanpanya kau akan seperti mayat hidup
Hidup segan mati tak mau
Dan juga sebab, ia selalu ada untukmu walau kau tak menyadarinya
Ia selalu ingin menjadi sahabatmu

Kawan, ia adalah hadiah dari Allah untukmu
Allah selalu membuka harapan untukmu
Seburuk apapun masa lalumu
Atau seburuk apapun dirimu hari ini
Ketika hari berlalu dan kau masih bertemu dengan hari itu, seketika itu pula artinya Allah masih memberimu kesempatan bertemu dengan'nya'

Nama panggilannya adalah harapan
Tiap orang memiliki masa-masa kelam kehidupannya
Tak terkecuali sahabat Rasulullah, masa kelam mereka adalah ketika belum memeluk Islam
Bahkan ketika berada dalam Islam, turun naiknya iman memang adalah hal yang niscaya
Tetapi Allah telah menjamin surga untuk mereka
Dan yang perlu kau ketahui adalah...
Kau tak sendiri
Dan ia selalu menanti untuk kau sadari

Sebagaimana makna yang dalam pada salah satu sabda rasulullah
"Bahkan jika esok kiamat dan engkau memegang sebutir biji kurma,tanamlah!"
Ya, bahkan jika ketakutan akan masa depan yang boleh jadi tak sesuai harapanmu akan kau lalui, tetaplah berusaha! Tetaplah berbaik sangka pada Rabbmu,. Sebab pahala dan rahmat Dia tetapkan atas usahamu..

Maka, kawan, aku bertanya kepadamu dengan mengutip firman llah:
"Belumkah tiba waktunya bagi orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah?"(QS Al-hadiid:16)
Harapan untuk meraih surga-Nya
Harapan untuk menjadi manusia yang berguna untuk-Nya
Harapan untuk memberi kebaikan pada dunia, dan terlebih akhirat kita

“Setiap anak cucu Adam pasti selalu melakukan kesalahan. Dan sebaik-baik mereka yang melakukan kesalahan adalah yang selalu bertaubat kepada-Nya.” (HR Ahmad, Ibnu Majah, dan Ad Darimi)



"Tiap bani adam melakukan dosa, dan sebaik-baik pembuat dosa adalah yang bertaubat"(HR. Bukhari

Tidak Mau Belajar, Tidak Usah Hidup! [part 1]

Bismillahirrohmaanirrohiim....

Yuk kita memuji Allah ta'ala dahulu atas segala nikmat-Nya. Nikmat mata yang begitu besar, nikmat tubuh, nikmat udara, dan nikmat lain yang takkan mampu saya sebutkan. Dan tentunya, nikmat terbesar, nikmat Islam dan Iman yang menetap dalam hati kita. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah untuk kekasih Allah yang mulia, Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam beserta sahabat dan seluruh pengikut beliau.

Dinamika kehidupan manusia membutuhkan sebuah proses yang besar yang akan mendukung nilai kehidupannya. Proses yang takkan pernah lepas bagi mereka yang senantiasa menginginkan kualitas yang baik bagi kehidupannya. Proses yang takkan pernah melepaskannya, menjadikan predikat bagi dirinya selama ia hidup. Proses yang membuat kita mulia dan diangkat derajatnya oleh Allah ta'ala. Proses yang kita kenal "BELAJAR".

Allah ta'ala telah banyak memuji dan mengangkat orang-orang yang berilmu, yang berakal, yang mau mengambil pelajaran. Di salah satunya adalah firman Allah ta'ala di Q,S Al-Mujaadilah:11

"...niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Apa yang begitu istimewa dari mereka yang berakal?

Mengapa tidak semua hamba Allah yang disebut berakal?

Mengapa orang yang mau belajar begitu tinggi dan dimuliakan?

Silakan kawan berpikir dahulu. In syaa Allah saya lanjutkan di edisi berikutnya ya...:D

Oh ya,Like page kami di facebook: Ikatan Pelajar Muslimah Indonesia dan twitter kami di @ipmipusat




Menuju TERAS NASIONAL 2014
Satu langkah, dari Pelajar Muslimah untuk Indonesia!!

Selamat tinggal...

Album pribadi

Bilakah masa yang telah berlalu
Mengajak menari bersama haru
Waktu terus bergulir
Menuaikan bulir-bulir

Hatiku
Saat ia jauh
Tak tahu.. rapuh

Berdiri di tengah ombak
Berteriak dalam serak
Mutiara-mutiara yang masih senyap
Tanpa empunya yang penyayang

Duhai...
Masa..
Sudahkah aku kau ridha?
Tinggalkan diriku dalam keadaan indah?
Tersenyum menatapku bahagia?
Ataukah kau berpaling..
Mejauh...
Menyisakan semburat sesal untukku kau pergi..

Duhai...
Sejuknya Ramadhan kan menjauh
Berpaling dari pendosa
Dan berpamit mesra pada yang bertakwa..

Dimanakah aku??

Boleh Jadi, ini Ramadhan terakhir kita...

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillah, sungguh segala puji hanya milik-Nya, Pencipta langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, yang menghidupkan dan mematikan, melapangkan dan menyempitkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki. Dengan izin-Nyalah daun-daun berguguran, hujan tercurah, serta manusia dan hewan berkembang biak. Tiada ilah yang berhak disembah selain Dia, yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi akhir zaman, Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam beserta keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau hingga akhir zaman.

Ramadhan, semerbak kehangatan dan ketenangan dalam jiwa kala memasukinya. Bulan yang mulia nan penuh berkah. Baru rasanya beberapa saat lalu kita masih memimpikan dan mengharapkan berjumpa dengannya, kini kita tengah berada di dalamnya. Bulan yang di dalamnya pintu-pintu surga dibuka dan tak ada satupun yang ditutup, menandakan besarnya kesempatan kita memasukinya dengan memperbanyak ketaatan-ketaatan; pintu-pintu neraka ditutup dan tiada satupun dibuka menandakan pula besarnya kesempatan kita terhindar darinya dengan menutup pintu-pintu kemaksiatan di bulan ini.
Sahabat yang mulia, Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, menyampaikan kabar gembira kepada para sahabatnya, “Telah datang bulan Ramadhan yang penuh keberkahan, Allah mewajibkan kalian berpuasa padanya, pintu-pintu surga di buka pada bulan itu, pintu-pintu neraka di tutup, dan para setan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat malam (kemuliaan/lailatul qadr) yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang terhalangi (untuk mendapatkan) kebaikan malam itu maka sungguh dia telah dihalangi (dari keutamaan yang agung)”(HR Ahmad (2/385), an-Nasa’i (no. 2106) dan lain-lain, dinyatakan shahih oleh syaikh al-Albani dalam kitab “Tamaamul minnah” (hal. 395), karena dikuatkan dengan riwayat-riwayat lain)

Ya, ada yang berbeda dengan Ramadhan ini...

Jadi bingung mulai dari mana.

Baiklah, karena aku orangnya to the point mungkin langsung aja kali ya...
Sejujurnya, kesyukuran yang sangat besar harusnya kita panjatkan kepada Allah ta'ala. Mengapa? Hey! Hari ini Allah masih memberi kita kesehatan dan kehidupan untuk menjalankan ibadah di bulan Ramadhan. Bagaimana tidak? Di bulan ini, pahala-pahala kita dilipatgandakan dan kesempatan menghapuskan kesalahan-kesalahan kita sangat besar! Coba deh, kalau kita ke mall lantas ada diskon 90% tanpa embel-embel bla bla bla, siapa coba yang nggak mau?! Fitrahnya kita pasti menyukai kemudahan dan hadiah alias bonus-bonus. Nah, tatkala Allah ta'ala memasukkan kita ke bulan ini, BONUS bertebaran dimana-mana dari Allah ta'ala untuk kita. Maka, sepatutnyalah kita bersyukur sebab Allah masih mengizinkan kita berjumpa dengan bulan mulia ini.
So pastilah kita ketemu bulan ini...(?) Ada di antara kita yang berpikir seperti ini? Wets, wets, wets, mas bro mba sis, siapa bilang?! Baru-baru belakangan ini Allah ta'ala memberiku pelajaran berharga tentang harga sebuah kehidupan. Sebelum memasuki bulan Ramadhan ini, beberapa teman kehilangan salah satu orang tuanya, dan dipanggilnya mereka ke hadapan sang Pencipta seakan tanpa tanda. Di antaranya ada yang terkena serangan jantung mendadak, di antaranya ada yang kecelakaan. Bukan cuman itu, Ramadhan kali ini pun banyak terdengar kabar kematian terutama dari orang-orang yang kukenal. Nah, kawan, jika kita kembali mengingat, memang 'kan ada orang-orang yang kita kenal kini tidak lagi menyambut Ramadhan bersama kita. Di antara mereka pun ada anak-anak dan remaja. Maka, seharusnya kita menyambut bulan ini memang dengan penuh harap akan dipertemukan karena ajal kita tak ada yang tahu. Lalu kini, saat kita memang telah dipertemukan maka nasihatku, MANFAATKAN ia dengan baik, sebaik-baiknya amalan kita. Seperti dipertemukan dengan jodoh kita setelah sekian lama menunggu. Nah, ada nggak di antara kita yang H2C (Harap-harap cemas tentang itu?). Ketika telah dipertemukan, maka pasti kita akan berusaha semaksimal mungkin menjadi istri yang shalihah dan berbakti (penantiannya lama,'kan?!). Atau permisalan lain yang mungkin lebih dapat kawan pikirkan secara lebih dalam.

Ya, alhamdulillah. Allah masih memberiku nikmat-nikmat yang besar. Dan kenikmatan ini memang sungguh besar terasa karena nikmat itu pernah hilang dariku, terkhusus nikmat kesehatan. Kini, jikapun Allah mengambil nikmat kesehatan itu, aku berharap Allah masih memberiku nikmat kekuatan untuk beribadah pada-NYa. Karena hakikat kesehatan itu 'kan adalah bagaimana kita memanfaatkannya untuk ketaatan?

Di akhir ini, ini kutitipkan pada hatiku pribadi. Boleh jadi ini Ramadhan terakhir kita! Makanya, beberapa hari yang masih ada, penuhi ia dengan semarak ibadah dan mulazamah dengan Al-Qur'an. Penuhi ia dengan perbaikan-perbaikan kualitas qiyam dan shiyam kita. Bertakwalah kepada Allah... Karena Allah beserta orang yang bertakwa dan berbuat kebaikan (QS 16:128), Beriman dan bertawakallah kepada Allah, sebab dengannya Allah akan menjauhkan kita dari pengaruh setan.
"Sungguh setan itu tidak akan berpengaruh terhadap orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhan"(QS An-Nahl :99)

Senja

Album pribadi

Kini kita telah sampai pada satu jejak masa,
Aku mengingatnya sebagai masa yang kuimpikan
Tapi bagimu kawan, boleh jadi ia adalah mimpi buruk
Namun, mau tidak mau hari ini kita tengah berjalan melalui fase itu
Fase yang kita sebut masa dewasa

Ya, mungkin hanya sebatas umur, atau pikiran, atau keduanya
Tapi untuk yang pertama, dengan izin Allah kita akan melaluinya
Ya, menjemput 'kepastian' pasti membuat kita menjalani fase-fase umur
Waktu, tempat, dan ruang akan senantiasa bergerak dinamis mengantar kita padanya

Hari ini, satu senja telah lewat
Bagi sebagian besar orang itu artinya tidur atau santai
Sebagian yang lain yah untuk mengerjakan tugas atau sekedar ngobrol
Oh... tidak, kawan
Bagi sebagian kecilnya itu adalah pertanda
Untuk beribadah dan mendekat pada sang Maha Kuasa
Untuk melepas Penat dengan berkhalwat bersama Robbul 'alamin
Ya, bagi sebagian kecilnya yang mengerti, memahami, dan mendalami tentang 'kepastian'

Aku tak berkata apa-apa tentangmu atau diriku
Karena komponen kehidupan yang menyertai kitalah yang akan bersaksi
Menemani kita dengan apa, itu yang harusnya terpikir
Sebab, jika hari ini kita ditemani keluarga, harta, kesenangan, anak, dan sebagainya
Di kubur, amalan kita yang menemani kita dengan izin Allah

Hmh, aku masih berharap
Waktu yang menggiringku akan kuisi dengan hal yang Dia cinta






Makassar, menjelang bulan nan berkah

(2) Langkah Pasti

Cinta punya banyak makna
Meraih cita punya banyak cara
Memaafkan butuh banyak pengertian
Tapi Bersaudara hanya butuh satu kata, Islam

Masa lalu menyirat cerita
Menggores rasa yang berbagai bentuk
Mewarna dalam pelangi ribuan warna
Dan meninggalkan jejak-jejak canda dan haru

Masa depan seakan angkasa
Kau hanya melihat permukaannya saja
Tapi ujungnya? Siapa yang tahu selain DIA, Robb kita?
Makanya kita tak boleh men-judge salah

Nah, antara dua masa itu, ada masa kini
Penghubung antara masa lalu dan masa depan
'kan jadi masa lalu pula suatu saat
Tapi pernah menjadi masa depan
Maka melakukan kebaikan dengan segenap tenaga mari ditegakkan

Melakukan kebaikan tak selamanya hanya melibatkan dirimu
Saudara-saudaramu akan turut serta bersamamu
Walau jarak memisah, do'amu padanya tetap 'kan sampai
Walau tak saling mengenal, kisah mereka adalah penyemangatmu
Lagipula, bukankah kita saling terikat karena Allah
Maka pastilah bahagia rasanya

Masalahnya adalah pada langkah yang kau pilih
Kemana akan kau bawa?
Masa kini yang sangat berharga, tidak untuk menunggu besok
Sebab, siapa yang menjamin kehidupanmu?
Namun satu langkah pasti...
Hidupmu hanya kau tambatkan pada sang Ilahi

Tanpa

Dua rona sendu dalam bait kata
terukir dalam sajak-sajak indah sang empunya
Dalam jiwa yang selalu berusaha
Tanpa lelah walau tak bermakna

Jiwa yang terluka dalam hampa
Kian merasuk hingga jtuh ke lembah
Semua ada masanya kawan
Tanpa rasa
Tanpa canda

Di ujung sana tetap ada akhirnya
Suka tak suka
Acuh tak acuh
Aku bukanlah kau
Kau bukanlah aku

Tiap bait kata yang terucap
'kan tertuang indah dari pena emasnya
Dia yang kau sebut cahaya
dengan Tuan yang Maha Mulia

Bisu tanpa rona kau kelu
Diam tak beriring seakan senar-senar tanpa nada
Kau
Aku
Semua akan berarak ke sana
Kala awan yang bergerak ke lembah menurunkan hujan

Nyata
Pasti
Suatu masa

Tanpa rasa
Tanpa canda

Pages