Tampilkan postingan dengan label me. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label me. Tampilkan semua postingan

Pekerjaan Berat Seorang Pendidik

Bismillah. Ashshalaatu was salaamu 'alaa Rasulillah. Amma ba'du.

Pendidik bukan sebuah pekerjaan ringan, apalagi jika anak didik adalah mereka yang sedang berada di masa-masa emas penanaman didikan. Usia pra-sekolah menjadi salah satu usia emas untuk penerapan beberapa prinsip hidup, dan ini menjadi sebuah tantangan. Yang menjadi perhatian besar saya adalah bahwa seorang pendidik (guru, ustadzah, dsb) bukan hanya sebagai media penyalur ilmu saja, tetapi memiliki tanggungjawab yang besar. Bagi saya, saat orang tua menitipkan anak-anaknya pada saya untuk diajarkan pelajaran-pelajaran sekolah yang sudah menjadi kesepakatan maka seketika hati saya menjadi bergetar, perasaan saya tidak enak dan selalu timbul kecemasan. Pertanyaan utama yang sering menggelayut dan menghantui saya adalah,
"Bisakah saya mendidik anak mereka sebagaimana yang dicintai oleh Allah ta'ala?" atau "Bisakah saya mendidik mereka sesuai yang orangtua mereka inginkan?"
Anak-anak adalah titipan yang Maha Kuasa untuk kita arahkan menuju hal-hal yang Dia cintai dan ridhai, menjadi manusia yang berkualitas dan intelektual dari sisi yang lebih menyeluruh (holistik). Dan di sinilah tanggung jawab yang besar itu terjadi. Ketika orang tua telah dengan berani menitipkan anaknya kepada para pendidik maka seketika itu pula beribu pekerjaan sedang menanti pendidik. Karena pendidik tak hanya sekedar mentransfer ilmu tetapi menanamkan berbagai nilai yang nantinya akan menjadi karakter anak didiknya.
Ada sebuah statement yang saya lupa sumbernya darimana, pernyataannya tak lebih seperti ini:
"Anak-anak tak pernah baik mendengarkan perkataan kita, tapi mereka tak pernah salah dalam mencontoh perbuatan kita"
Maka ini berarti bahwa persiapan mental dan fisik harus benar-benar (sungguh-sungguh) dipersiapkan oleh seorang pendidik jika memang ingin menghasilkan anak didik yang berkualitas. Saya pernah membaca kalau tidak salah, "seorang murid akan ditentukan dari gurunya". Terlebih lagi jika durasi belajar atau interaksi di sekolah lebih banyak daripada di rumah, maka sekolah sebagai rumah kedua harus menyediakan hal-hal yang lebih komprehensif, salah satunya adalah pendidik yang juga mampu berperan sebagai seorang ibu.
Jujur saja, saya belum merasakan bagaimana nikmatnya menjadi seorang istri dan ibu, tetapi melalui pekerjaan ini saya belajar bahwa pekerjaan yang menanti saya bukanlah sebuah pekerjaan biasa, melainkan sebuah pekerjaan yang sangat luar biasa. Karena dari rahim dan tangannyalah akan lahir generasi yang menentukan masa depan bangsa. Dan semua sisi akan turut berperan, salah satunya adalah memilih guru dan pendidik untuk anak-anak kita.

Allahul musta'an.
Ya, Allah mudahkan jalanku menghasilkan generasi gemilang. :')

Pada Jarak Waktu

Pada jarak waktu yang mengilat
Menyilau mata kala tergesa
Menyisa tanya
Meminta asa

Pada jarak waktu yang mengilat
Mencari kata mewakil jiwa
Menggenang atau tenggelam
Senang atau padam

Pada jarak waktu yang mengilat
Dalam hati berintih-rintih
Menatap jauh ilusi
Merasa kini

Hmh, pada jarak waktu yang mengilat

Titik Tengah: Belajar Naik Motor



Titik Ketiga
Belajar Naik Motor

Hei, apa kau pandai berkendara sepeda motor? Ya? Jika ya, maka kenalkan, aku juga. Jika tidak, yaa dulu pun aku tak bisa tapi sekarang bisa, sih. ^^~

Kau tahu, proses belajar bagiku untuk mampu naik motor seperti sekarang ini (cukup bisa dibilang kompeten) sangat panjang. Dan menurutku, mungkin sebagian besar orang takkan percaya. Aku belajar naik motor selama 3 tahun dulu. Dan selama 3 tahun terlewati itu, kualifikasiku hanyalah: MAMPU. Ya! Hanya sekedar sudah bisa injak gas, rem, dan pegang setir. Itu pun kata mama, setirku sering miring-miring. Boleh dibilang, saat naik motor mungkin aku seperti orang mabuk. Hehe.

Lama, bukan?

Titik Pertengahan: Hidup


Bismillah
Dengan nama Allah

Ar-rahmaan
Yang Maha Pemurah

Ar-rahiim
Yang Maha Penyayang

*******************
Detik ini, aku ingin mulai menuliskan kisah yang rasanya cukup lama terpendam. Pernah menjadi tulisan yang ketika kubaca kembali membuatku tersadar, betapa naifnya diriku.
Rasanya, sudah beberapa lama dan berkali-kali aku melalui fase ini, fase jatuh bangun secara mental dan akal.
Untukmu, yang membaca ini. Mungkin kenal, mungkin pula tidak. Tapi, bagaimanapun, aku ingin membaginya. Dengan satu tujuan saja. Untuk membagi pelajaran berharga selama 20 tahun lebih kehidupanku.
Aku bukanlah siapa-siapa. Sungguh.
Tanpa prestasi, tanpa presisi, tanpa gelar kehormatan. Hanya anak manusia, sama sepertimu. Bahkan jika kau telah mengenalku pun. Aku sangat meragukannya. Heh, rasanya lucu. Bahkan dengan membaca tulisanku ini pun aku tak menjamin bahwa kau sungguh akan mengenalku. Karena aku tak bermaksud memperkenalkan diriku melalui tulisan ini, juga tak bermaksud dikenal.
Dengan tulisan ini aku hanya berharap, kau dapat mengambil pelajaran. Dari satu pasang mata yang menatap dunia. Kau melihat dengan mataku memandang dunia. Dari satu tulisan sederhana ini.
Jadi, buanglah dulu citra diriku yang telah kau kenal. Anggaplah kau tak mengenalku. Dan rasai tulisan ini sebagai dirimu.

*******************

Ada yang Terlarang

Assalamu'alaykum...
Apa kabar semuanya? Semoga aja tetap cerah ceria seperti biasa yah.
Hemmm.... banyak yang terjadi sebulanan ini. Semua dimulai dari bulan Ramadhan kemarin. Oh, ya. btw, gimana kabar Ramadhannya kemarin? Ada cerita seru kah, sedih kah, senang kah, atau.... jangan-jangan horor ya?
Horor? Oh, no! Misalnya: tiba-tiba disuruh ngampus.
Nah, itu horor tuh!

Gimana nggak horor orang yang disuruh masih di pedalaman nun jauh di sana tanpa alat komunikasi tiba-tiba kok tahu disuruh ngampus? Bisikan jin kali ya?
Hehe. Contoh...

Ya, sebenarnya bukannya aku nggak nulis lagi. Cuman sarana tumpahan emosiku (eh?) bukan lagi padamu blog, kekekeke. Maaf ya jadi berkhianat gini. (ckckck). Anggaplah itu intermezzo.

Nah, ada yang terlarang!
Apa kira-kira????

Ayo tebak....!!!


Sedikit lagi....







Yang terlarang adalah................



Bukunya Ippho yang judulnya 13 Wasiat Terlarang! Hehe.
Ya, baru aja aku baca bukunya dan asli inspiratif dan kocak banget. Udah ada yang pernah baca? Sebenarnya bukan cuman dari sisi bisnisnya aja, tapi sisi-sisi dalam menjalani hidup pun bisa kita praktikkan. Walaupun sebenarnya mau nggak mau kita bakal bisnis juga sih. Paling nggak yang PNS tuh bisnis jasa. Iya kan? Dan pantesan aja kalo bukunya best seller, Isinya juga kadang rada kagak mengerti soalnya pake bahasa planet (planet bumi-read). Tapi paham deh tentang kananisasinya kang Ippho.

Well, aku nggak ada niat cerita sesuatu sih hari ini. Cuman pengen bagi info ini aja. Oh, ya, baru inget. Tadi aku lihat buku keren abis tentang jurus kuliah di luar negeri! Asli promosinya bagus banget dan murah (maksudku yah lumayan terjangkau lah ya), Siapa tahu ada yang nyari, penerbitnya Inspira. Aku juga baru mau pesan sih, Insya Allah. Aku promosiin orang cuma-cuma loh ya, hehe.

Oh, ya. Kunjungi aja blogku di blueskypharmacy.wordpress.com untuk membaca tulisan-tulisanku yang lain PLUS my teaching journey. Pengen nulis aja sih tentang pengalaman ngajarku yang masih amatiran ini. Kekekekeke.

:D

Hidup Menunjukkan Cakarnya

Hidup menunjukkan cakarnya saat titik kedewasaan ingin kita raih. Tiap orang akan melihat cakar berbeda. Dan akan menghadapi cakar itu sesuai pola pikirnya. Peringatan dan cara menghadapinya sebenarnya telah diberikan, hanya saja, ada yang mengambil dan ada yang tidak mengindahkan.


Hidup telah menunjukkan cakarnya. Karena masing-masing orang telah melihatnya. Di tiap sudut kamar sebelum terlelap, auman yang memekakkan telinga akan keganasan seakan menjadi pelengkap harian.

Hati kadang begitu naif. Menyaksikan segala sudut yang memungkinkan sehingga kadang membuatnya lemah. Prinsip. Entah prinsip apa yang ia harus pegang untuk menguatkan pundak dan langkah. Kadang, itu yang terbetik sejenak.

Lemah. Ya. Proses menguatkan diri, mungkin sedang berjalan saat menyadari kelemahan. Lemah menghadapi cengkraman cakar yang bahkan tak pernah terpikir sebelumnya. Tapi, manusia punya sifat kuat bertahan hidup. Sayangnya, tekad kuat takkan berkutik saat semuanya terlambat.

Follow me:
http://zaza17azza.tumblr.com/

Pages