Perjalanan ini Akan Panjang~

Jika ingin dibuatkan episode, hidup kita memang memiliki episode di tiap fase hidup masing-masing. Jumlahnya bisa bervariasi, tetapi, akhir episodenya hanya ketika kita telah melangkahkan kaki entah ke neraka atau ke surga. Artinya, perjalanan ini akan sangat panjang.

#quote #justquote #quoteoftheday #quotetoday

Antah Berantah~

Entah muncul darimana, tapi, dia yang datang dari antah berantah nampaknya lebih ber'kesan'. Welcome, Marhaban. Sampai menuju hutan belantara berikutnya, semua jejak-jejak langkah diukir pula dengan do'a.

Alhamdulillah 'alaa kulli haal

#quotetoday #quote #justquote #alhamdulillah

Kisah Buah Keikhlasan- Muhyiddin (2)

Artikel sebelumnya bisa dilihat di http://proudtobeamoslem-zahra.blogspot.co.id/2015/10/kisah-buah-keikhlasan-muhyiddin.html

F. Syaikh-syaikh
Guru Imam An-Nawawi -rahimahullah- dalam bidang fiqih dan ushul fiqih adalah Ishaq bin Ahmad bin 'Utsman Al-Maghribi atau Al-Maqdisi (wafat tahun 650 H), Sallar bin Al-Hasan Al-Irbali atau Al-Halabi atau Ad-Dimasyqi (wafat tahun 670 H), 'Umar bin Bandar bin Umar at-Taflisi Asy-Syafi'i (wafat tahun 672 H), dan 'Abdurrahman bin Ibrahim bin Dhiya' Al-Fazari atau lebih dikenal dengan sebutan Al-Farkab.
Guru Imam An-Nawawi -rahimahullah- dalam bidang hadits adalah 'Abdurrahman bin Salim bin Yahya Al-anbari (wafat tahun 661 H), 'Abdul 'Aziz bin Muhammad bin 'Abdul Muhsin Al-Anshari (wafat tahun 662 H), Khalid bin Yusuf AN-Nablusi (wafat tahun 663 H), Ibrahim bin 'Isa Al-Muradi (wafat tahun 668 H), Isma'il bin Abi Ishaq at-Tanukhi (wafat tahun 672 H), dan 'Abdurrahman bin Abi 'Umar Al-Maqdisi (wafat tahun 682 H).
Guru Imam An-Nawawi -rahimahullah- dalam bidang nahwu dan lughah (bahasa) adalah Syaikh Ahmad bin Salim Al-Mishri (wafat tahun 664 H). Selain itu, beliau juga pernah belajar kepada al-'izz Al-Maliki -rahimahullah-.
G. Akhlak dan Sifat
Para ulama yang menulis biografi Imam An-Nawawi -rahimahullah- sepakat bahwa ia adalah ulama sekaligus imam dalam kezuhudan, teladan dalam ketaatan, figur dalam menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar, serta panutan dalam menasihati penguasa.

Gagal~

Sebenarnya titik kegagalan adalah ketika kita mati dalam keadaan menyerah atas ketidakmampuan kita.

#quote #mequote #justquote #quoteoftheday

Bahagia~

Jujur saja, kadang aku berpikir bahwa wajar saja kita mencari kebahagiaan dan sangat berhak kita untuk bahagia. Tapi, aku selalu meyakini bahwa dunia ini bukan tempatku untuk bahagia. Bahkan aku sangat takut untuk berbahagia jika bahagia itu akan mengantarku pada 'istidraj'. Nantilah, ya, Allah... Biarkan aku bahagia di surga-Mu. Bahagia yang hakiki tanpa ada akhir. Biarkan aku berjumpa dengan-Mu bersama keluargaku. :')

#quote #justquote

Gertakan~

Apakah aku sedang menggertak?
Ya, nyatanya, aku sedang menggertak diriku sendiri!

#quote #justquote #fighting!

Jangan Lari~!

Kau merasa sedang galau? Jangan lari!
Kau merasa sedang kacau? Jangan lari!
Kau merasa sedih dan bingung? Jangan lari!
Hadapi, dan kembali pada Penciptamu!
Jangan lari! Jangan lari! Jangan lari!
Tak pernah ada kebaikan saat kau berlari dari masalah, faktanya, hanya akan menambah masalah baru.
HADAPI!

#quote #justquote #cieeyangpunyakatamutiara :D

Cita-cita~

Hey, kau boleh memiliki cita-cita apa saja!
Tapi...
Harus ada aku, ya, di dalamnya!

#Quote #justquote #gombal

Nb: beberapa waktu ini mungkin akan Anda nikmati edisi #alay
^^~ kalau #gombal, untuk kekasih halal aja yaa

Rainy~

My heart 1: Today's weather is warm, you know! Why don't you take a walk?
My heart 2: Really? To my view, it's still rainy outside.
My heart 1: Let you see from my side :)

#quote #justquote #gombal

Pahit~

Jika saja boleh kukatakan, maka aku akan mengatakan bahwa semua orang yang hidup, hidup dari kegelapan. Ya, 'kita' semua pernah merasakan kepahitan. Pahit yang seakan-akan menelan kita. Kita pernah ke sana, sedang, atau mungkin saja akan ke sana. Sekali-dua kali, berkali-kali, entahlah. Tapi, itu realitanya.

#quote #justquote

Pekerjaan Berat Seorang Pendidik

Bismillah. Ashshalaatu was salaamu 'alaa Rasulillah. Amma ba'du.

Pendidik bukan sebuah pekerjaan ringan, apalagi jika anak didik adalah mereka yang sedang berada di masa-masa emas penanaman didikan. Usia pra-sekolah menjadi salah satu usia emas untuk penerapan beberapa prinsip hidup, dan ini menjadi sebuah tantangan. Yang menjadi perhatian besar saya adalah bahwa seorang pendidik (guru, ustadzah, dsb) bukan hanya sebagai media penyalur ilmu saja, tetapi memiliki tanggungjawab yang besar. Bagi saya, saat orang tua menitipkan anak-anaknya pada saya untuk diajarkan pelajaran-pelajaran sekolah yang sudah menjadi kesepakatan maka seketika hati saya menjadi bergetar, perasaan saya tidak enak dan selalu timbul kecemasan. Pertanyaan utama yang sering menggelayut dan menghantui saya adalah,
"Bisakah saya mendidik anak mereka sebagaimana yang dicintai oleh Allah ta'ala?" atau "Bisakah saya mendidik mereka sesuai yang orangtua mereka inginkan?"
Anak-anak adalah titipan yang Maha Kuasa untuk kita arahkan menuju hal-hal yang Dia cintai dan ridhai, menjadi manusia yang berkualitas dan intelektual dari sisi yang lebih menyeluruh (holistik). Dan di sinilah tanggung jawab yang besar itu terjadi. Ketika orang tua telah dengan berani menitipkan anaknya kepada para pendidik maka seketika itu pula beribu pekerjaan sedang menanti pendidik. Karena pendidik tak hanya sekedar mentransfer ilmu tetapi menanamkan berbagai nilai yang nantinya akan menjadi karakter anak didiknya.
Ada sebuah statement yang saya lupa sumbernya darimana, pernyataannya tak lebih seperti ini:
"Anak-anak tak pernah baik mendengarkan perkataan kita, tapi mereka tak pernah salah dalam mencontoh perbuatan kita"
Maka ini berarti bahwa persiapan mental dan fisik harus benar-benar (sungguh-sungguh) dipersiapkan oleh seorang pendidik jika memang ingin menghasilkan anak didik yang berkualitas. Saya pernah membaca kalau tidak salah, "seorang murid akan ditentukan dari gurunya". Terlebih lagi jika durasi belajar atau interaksi di sekolah lebih banyak daripada di rumah, maka sekolah sebagai rumah kedua harus menyediakan hal-hal yang lebih komprehensif, salah satunya adalah pendidik yang juga mampu berperan sebagai seorang ibu.
Jujur saja, saya belum merasakan bagaimana nikmatnya menjadi seorang istri dan ibu, tetapi melalui pekerjaan ini saya belajar bahwa pekerjaan yang menanti saya bukanlah sebuah pekerjaan biasa, melainkan sebuah pekerjaan yang sangat luar biasa. Karena dari rahim dan tangannyalah akan lahir generasi yang menentukan masa depan bangsa. Dan semua sisi akan turut berperan, salah satunya adalah memilih guru dan pendidik untuk anak-anak kita.

Allahul musta'an.
Ya, Allah mudahkan jalanku menghasilkan generasi gemilang. :')

Pages