Titik Tengah: Hujan


Aku melihat 3 orang anak SD berlari-lari di tengah genangan hujan. Kelihatannya, seakan mereka menghindari genangan itu. Tapi dari raut wajah mereka yang tersenyum lebar, mereka menikmatinya.

Aku melihat beberapa siswi SMP berlari-lari menutup kepala mereka dari rintik hujan. Kelihatannya mereka membencinya, tapi dari tawa mereka, mereka menyukainya.

Kadang hati memang lucu. Secara zhahir kita melihat seakan orang-orang tak menyukai sesuatu, tapi jauh di lubuk hatinya, mereka menyukai dan menikmatinya. Bahkan, mereka merindukan saat-saat semisal itu.

Hujan.

Rintik yang dirindukan bumi, jua makhluk di dalamnya. Membawa sensasi sejuk dan menyenangkan untuk bersantai.
Menyimpan jutaan pelajaran untuk kita renungkan dan gali.
Menjadi perumpamaan yang begitu indah.

Pagi ini aku memperhatikan jalan-jalan raya. Tak tampak bekas lebatnya hujan semalam. Dan aku berpikir betapa Maha Besarnya Penciptanya karena bersama hujan juga meniupkan angin sehingga walaupun jalanan basah karena hujan, ia tetap bisa kering karena angin.
Aku tak tahu analogi apa yang pantas untuk hal semacam ini. Tapi, aku bersyukur karena hujan datang walau terlambat.
Aku selalu mengingat saat-saat kemarin. Saat ketika aku sangat merindukannya. Saat ketika mentari begitu terik dan asap terus mengepul di belahan Indonesia yang lain. Betapa beratnya saat itu, pikirku.
Bukannya kita harus bersyukur? Daripada memikirkan keburukan keadaan yang kita hadapi sekarang, harusnya kita memikirkan betapa bahagianya kita hari ini.

Aku juga begitu.

Mungkin, aku terlalu sering mengkhayalkan keadaan yang tak cocok untuk diriku. Dengan kelemahanku, itu juga kekuatanku. Harusnya, aku sadar.

Ya, selamat datang hujan!

Titik Tengah: Kaki-kaki Semut


Kelelahan membuatku merebahkan diri pada lantai di rumah. Saat itu, aku melihat jejeran semut-semut merah. Ehm, aku sedang tidak membahas saintifik semut yang saling bersalaman ketika berjumpa. Saat itu, aku hanya memperhatikan kaki-kaki mungil semut itu.

Ehm, tak terbayang ya betapa mungil dan kecilnya kaki semut. Tapi, uniknya, kaki-kaki mungil itu tak pernah lelah berjalan begitu jauhnnya hanya untuk satu remah roti. Bagi kita, jarak antara ruang tamu ke dapur mungkin cuman berapa langkah saja, tapi, bagi si semut, itu seakan antara Makassar ke Mamuju alias berkilo-kilo jauhnya. Tapi, kaki mungil itu tak pernah menyerah.

Sedikit, aku merasa takjub dan rendah dibandingkan semut-semut itu. Semut-semut itu penuh dengan tawakkal dan penuh rasa syukur kepada Robbnya. Perjalanan yang jauh mungkin tak pelak hanya membuat mereka menemukan makanan yang sedikit. Tapi, yang mereka tahu tetaplah berjuang dan berusaha.

Kita dan semut itu punya satu kesamaan. Kita punya insting untuk bertahan hidup. Tapi dari berbagai sisi, Allah telah melebihkan kita atas semut dengan adanya akal sehat serta ukuran tubuh yang lebih besar. Hanya saja, kadang dalam satu titik, semut mungil itu bisa jadi lebih baik dari kita. Ketika kita telah berputus asa, ketika kita begitu serakah.

Kaki-kaki semut itu mengajar banyak hal kepadaku.

Titik Tengah: Antara "Waktu Belajar" dan "Belajar Waktu"

"Tujuan utama hidup kita di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah. Berusaha keras dan biarkan Allah melihatnya. Hasil bukanlah poin utamanya, tapi proseslah yang dilihat-Nya. Tawakkal atau putus asa." (F.A)

Baiklah, mungkin judulnya agak sedikit ngaco kali ya kalau mau dibuatkan perbedaannya. Karena kedua hal tersebut jelas berbeda dan sedikit berbelit-belit. Intinya, saat memutar waktu dan belajar di posisi yang berbeda sebagai subjek maka kita akan tahu bahwa sebenarnya keduanya memiliki keterkaitan yang sangat erat. Tapi, hasil atau efeknya mungkin akan cukup berbeda.
Waktu dari belajar, waktu tentang belajar. Memanfaatkan waktu untuk belajar. Waktu Belajar.
Sedangkan yang satunya, belajar dari waktu. Belajar tentang waktu. Mengupayakan dan mengoptimalkan diri untuk mengambil pelajaran dari tiap waktu yang berlalu. Belajar waktu.

Keduanya sama-sama baik dan bermanfaat, dan kita tak boleh hanya sekedar memilih salah satu. Ketika kita hanya sekedar memanfaatkan waktu untuk belajar tanpa secara real mengambil pelajaran atas waktu yang telah berlalu, dari pengalaman yang terjadi, dan kehidupan yang kita jalani; mungkin kita akan berhasil, tapi nilainya akan berkurang. Hanya seperti robot yang bekerja atas pelajaran akademik dan mengabaikan sosial. Seperti memaksakan diri menyediakan waktu banyak untuk belajar tapi tak juga membekas.
Sebaliknya, hanya sekedar belajar tentang waktu, belajar dari pengalaman tanpa secara serius memanfaatkan waktu juga hasilnya akan melayang-layang. Hanya sekedar melihat-lihat suasana buruk tapi tidak mau memperbaiki. Tahu rumah berantakan, tetap saja berkutat seperti itu sampai nanti sakit parah baru mau membersihkan dan menjaga sanitasi. Well, nasi udah menjadi bubur.

Saat ada yang mengatakan, "kita nggak tahu apa yang terjadi nanti", itu adalah pesan emas 24 karat. Hari ini walau sulit, kita harus tetap berjuang dan menyerahkan semua hasilnya kepada Allah. Karena benar, kita nggak pernah tahu kemana Allah membawa takdir kita. Jika sesuai yang kita inginkan, alhamdulillah. Namun jika tidak, di sinilah apa yang kita usahakan akan sangat berpengaruh.

Belajar dari waktu membuat perasaanku sedikit bercampur aduk. Awalnya kukira, memanfaatkan waktu untuk mempelajari sesuatu adalah satu hal saja. Tapi, aku lupa. Waktu itu bergerak. Setiap detik akan membawa kita ke suasana berbeda, situasi berbeda. Entah baik atau buruk menurut kita. Dan ketika hanya terfokus pada yang lalu-lalu dan sekedar memanfaatkan waktu maka akan sulit diri kita menjalani masa kini. Belajar dari waktu dulu, kini, dan mungkin tiap saat supaya menambah kebijaksanaan kita.


Pada Jarak Waktu

Pada jarak waktu yang mengilat
Menyilau mata kala tergesa
Menyisa tanya
Meminta asa

Pada jarak waktu yang mengilat
Mencari kata mewakil jiwa
Menggenang atau tenggelam
Senang atau padam

Pada jarak waktu yang mengilat
Dalam hati berintih-rintih
Menatap jauh ilusi
Merasa kini

Hmh, pada jarak waktu yang mengilat

Kisah Buah Keikhlasan- Muhyiddin

Saya sangat tergugah dengan kisah-kisah keikhlasan yang berbuah manis hingga hari ini. Mereka bukanlah orang-orang yang menikmati gelar-gelar dan kenikmatan semasa hidupnya, tetapi Allah telah menjaga mereka dalam kenikmatan yang jauh lebih kekal insya Allah. Semoga Allah merahmati mereka. Di antara mereka, saya dengar kisahnya pada pengantar tafsir Mishbahul Munir oleh Ust. Muhammad Nuzulul, yaitu Imam Malik rahimahullah. Kisah yang paling menyentuh adalah pada keikhlasan yang begitu indah saat ada yang menanyakan, "Mengapa Anda masih menulis kitab muwatha' padahal telah banyak kitab muwatha'?" lalu beliau menjawab,
"Pekerjaan yang dilakukan karena Allah akan kekal."
Kisah lain pun telah tergores memberi kita isyarat tentang pentignya sebuah keikhlasan.

Namun, kisah yang akan saya bagikan di sini adalah kisah Imam yang lain yang tak kalah menakjubkannya. Kisah seorang Imam yang diberi gelar Muhyiddin (orang yang menghidupkan agama), walau beliau tidak menyukainya. Ya, beliau adalah Imam An-Nawawi rahimahullah. Kisah ini saya ambil dari Riyadhush Shalihin.

Nama
Nama lengkap Imam An-Nawawi rahimahullah adalah Yahya bin Syaraf bin Murri bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jum'ah bin Hizam.

Gelar dan Panggilan
Imam An-Nawawi rahimahullah dikenal juga dengan kun-yah (nama panggilan) Abu Zakariya, walaupun ia tidak mempunyai anak yang bernama Zakariya. Sebab, imam Ahli Hadits ini belum sempat menikah. Ia termasuk ulama yang membujang hingga akhir hayatnya. Imam An-Nawawi mendapat gelar muhyiddin (orang yang menghidupkan agama), namun ia tidak menyukai sebutan kehormatan itu; sebagaimana pernah dikemukakan olehnya: "Aku tidak mengizinkan orang lain memberiku gelar muhyiddin."

Nisbat
Imam An-Nawawi rahimahullah bernasab Al-Hizami. Nasab tersebut disandarkan kepada kakek tertuanya yang bernama Hizam. Sebagian nenek moyangnya menyatakan panggilan itu dinisbatkan atau disandarkan kepada orang tua salah seorang sahabat Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam, yaitu Hakim bin Hizam radhiyallahu 'anhu. Namun, Syaikh An-Nawawi rahimahullah berkomentar:" Penisbatan ini keliru".

Yahya bin Syaraf dijuluki an-Nawawi karena dilahirkan di Nawa; dijuluki asy-Syafi'i, karena menganut madzhab Asy-Syafi'i, serta dijuluki Ad-Dimasyqi karena tinggal di Damaskus.

Kelahiran
Imam An-Nawawi rahimahullah dilahirkan pada pertengahan bulan Muharram. Namun, ada yang menyatakan bahwa dia dilahirkan pada sepuluh hari pertama bulan Muharram, tepatnya tahun 631 H di Nawa, sebuah daerah di dataran Hauran, yang termasuk wilayah Damaskus.

Tumbuh Kembang dan Proses Belajar
Imam An-Nawawi rahimahullah diasuh dan dididik atau dibina oleh ayahnya dengan gigih, Terbukti dari sikap sang ayah yang menyuruhnya untuk menuntut ilmu sejak kecil, hingga ia dapat mengkhatamkan AL-Qur'an ketika mendekati usia baligh, Setelah melihat lingkungan di Nawa tidak kondusif lagi untuk belajar, ia dibawa pergi ke Damaskus oleh ayahnya pada tahun 649 H. Pada saat itu, usianya hampir 19 tahun. Sampai akhirnya ia tinggal di sebuah lembaga pendidikan yang bernama Rawahiyah. Di sanalah ia memulai kembali perjalanannya dalam menuntut ilmu.
Imam An-Nawawi rahimahullah tidak pernah berhenti menuntut ilmu. Ia rajin dan memberi seluruh waktunya untuk mendalami suatu ilmu, sehingga ilmu itupun memberikan sebagian berkahnya. Alhasil, ia sudah menghafal kitab At-Tanbih fii Furuu'isy Syafi'iyyah karya Abu Ishaq Asy-Syirazi dalam waktu kurang lebih empat setengah bulan. Ia juga telah menghafal seperempat kitab al-Muhadzdzab fil Furuu' pada tahun yang sama.

Setiap hari, Imam An-Nawawi membaca 12 pelajaran (bab ilmu) dalam bentuk syarah dan komentar: dua pelajaran dalam kitab al-Wasiith, satu pelajaran dalam kitab al-Muhadzdzab, satu pelajaran dalam kitab al-Jaami' bainash Shahiihain, satu pelajaran dalam kitab Shahih Muslim, satu pelajaran dalam kitab al-Luma' karya Ibnu Jinni, satu pelajaran dalam kitab Ishlaahul Mantiq, satu pelajaran dalam kitab at-Tashriif, satu lain pelajaran dalam Ushuulul Fiqh, satu pelajaran dalam kitab Asmaa-ur Rijaal, dan satu pelajaran lainnya dalam kitab Ushuluuddin. Ia selalu mengomentari segala bahasan yang berkenaan dengan pelajaran-pelajaran tersebut, baik berupa penjelasan bahasa yang sulit dimengerti, penjabaran ungkapan yang tidak jelas, pemberian harakat pada lafazh-lafazh Arab, maupun penguraian kata-kata yang masih dianggap asing.

Allah subhanahu wata'ala telah memberi berkah kepada Imam An-Nawawi dalam pemanfaatan waktu. Sehingga ia mampu menyusun apa-apa yang disimpulkannya menjadi karya tulis ilmiah; menjadikan karya itu sebagai hasil maksimal dari kesimpulan-kesimpulannya.

(Bersambung)

Titik Tengah: Belajar Naik Motor



Titik Ketiga
Belajar Naik Motor

Hei, apa kau pandai berkendara sepeda motor? Ya? Jika ya, maka kenalkan, aku juga. Jika tidak, yaa dulu pun aku tak bisa tapi sekarang bisa, sih. ^^~

Kau tahu, proses belajar bagiku untuk mampu naik motor seperti sekarang ini (cukup bisa dibilang kompeten) sangat panjang. Dan menurutku, mungkin sebagian besar orang takkan percaya. Aku belajar naik motor selama 3 tahun dulu. Dan selama 3 tahun terlewati itu, kualifikasiku hanyalah: MAMPU. Ya! Hanya sekedar sudah bisa injak gas, rem, dan pegang setir. Itu pun kata mama, setirku sering miring-miring. Boleh dibilang, saat naik motor mungkin aku seperti orang mabuk. Hehe.

Lama, bukan?

Share: 31 Sebab Lemahnya Iman

31 Sebab Lemahnya Iman
Hussain Muhammad Syamir
Bismillahirrahmaanirrahiim

Judul Buku: 31 Sebab Lemahnya Iman (Al-Ilmaam fii asbaabi dha'fi)
Penulis : Hussain Muhammad Syamir
Penerjemah : Musthafa Aini
Penerbit :  Darul Haq, Jakarta
Tebal : x+180 hlm; 17,5 cm
Tahun terbit : 2001
ISBN : 979-9137-62-4

Saya sangat ingin membagi judul buku yang sangat menakjubkan ini. Jujur saja, setelah sekian lama saya hanya membaca-baca sekilas alias tidak konsisten, membaca buku ini adalah pilihan yang sangat tepat. Alhamdulillah, mungkin ini adalah buku ke-3 atau ke-4 yang benar-benar saya khatamkan dengan sempurna dimulai dari muqaddimah hingga akhir. Ya, boleh dikata, saya memang tipe orang yang mudah bosan membaca secara konsisten pada satu buku sehingga seringnya membaca setengah lalu meninggalkannya. Yang mempu saya khatamkan berulang-ulang hanyalah kitabullah.
Nah, dengan jumlah halaman yang tidak begitu tebal, lebih bisa dikatakan buku saku; buku ini sangat indah membahas perkara yang kebanyakan manusia lengah di dalamnya. Terutama, kita yang hidup dalam hiruk-pikuk dunia secara umum yang tidak mengkhususkan diri terhadap ilmu ad-dien ini maka buku ini sangat penting untuk kita baca.

Titik Tengah: Bermula dari Sini

Bismillahirrahmaanirrahiim

Titik Kedua

Ada saat keikhlasan kita diuji. Mungkin bukan saat kita melakukan kegiatan baik itu, mungkin beberapa lama setelahnya. Saat puing memori amal itu menyeruak, menyesakkan dada. Meminta keadilan terhadap sesuatu yang tak mungkin lagi terputar balik.

Titik Pertengahan: Hidup


Bismillah
Dengan nama Allah

Ar-rahmaan
Yang Maha Pemurah

Ar-rahiim
Yang Maha Penyayang

*******************
Detik ini, aku ingin mulai menuliskan kisah yang rasanya cukup lama terpendam. Pernah menjadi tulisan yang ketika kubaca kembali membuatku tersadar, betapa naifnya diriku.
Rasanya, sudah beberapa lama dan berkali-kali aku melalui fase ini, fase jatuh bangun secara mental dan akal.
Untukmu, yang membaca ini. Mungkin kenal, mungkin pula tidak. Tapi, bagaimanapun, aku ingin membaginya. Dengan satu tujuan saja. Untuk membagi pelajaran berharga selama 20 tahun lebih kehidupanku.
Aku bukanlah siapa-siapa. Sungguh.
Tanpa prestasi, tanpa presisi, tanpa gelar kehormatan. Hanya anak manusia, sama sepertimu. Bahkan jika kau telah mengenalku pun. Aku sangat meragukannya. Heh, rasanya lucu. Bahkan dengan membaca tulisanku ini pun aku tak menjamin bahwa kau sungguh akan mengenalku. Karena aku tak bermaksud memperkenalkan diriku melalui tulisan ini, juga tak bermaksud dikenal.
Dengan tulisan ini aku hanya berharap, kau dapat mengambil pelajaran. Dari satu pasang mata yang menatap dunia. Kau melihat dengan mataku memandang dunia. Dari satu tulisan sederhana ini.
Jadi, buanglah dulu citra diriku yang telah kau kenal. Anggaplah kau tak mengenalku. Dan rasai tulisan ini sebagai dirimu.

*******************

Saat Hidayah...

Saat Allah memberimu hidayah, saudariku...
Jagalah! Jagalah!
Ya, sebab kau tak tahu... akankah hidupmu diakhiri dengan tetes embun hidayah atau telah berbalik menjadi hitamnya batu.
Saat Allah memberimu hidayah,
Jagalah! Jagalah!
Sebab Allah tabaraka wata'ala tengah memberimu sebuah nikmat.
Nikmat yang saaangaaat besar.
Nikmat yang tidak diberikan kepada setiap manusia yang bernapas.
Nikmat KHUSUS hanya untuk hamba-hamba PILIHAN!
Nikmat yang ternyata telah Allah tanam di hatimu.
Dan apa artinya???
Artinya, ALLAH inginkan kebaikan untukmu!!
Ya, kebaikan untukmu!
Dan jika Allah sudah menghendaki kebaikan untukmu, maka siapakah yang akan memberimu keburukan???
Jika Allah telah memilihmu dengan rahmat-Nya sebagai hamba yang Dia cintai, maka apalagi yang kau butuhkan???
Hei!!! Allah-lah pemilik langit dan bumi! Maha Kaya, Maha Terpuji. Maha Melihat, Maha Mendengar. Tiada sekutu bagi-Nya.
Jadi, apalagi?
Apalagi yang lebih nikmat dari hidayah???
Dengan hidayah-Nyalah kita tergerak untuk berilmu.
Dengan hidayah-Nyalah kita tergerak untuk berhijrah.
Dengan hidayah-Nyalah kita mampu untuk beribadah.
Dengan hidayah-Nyalah kita bisa menjadi seorang hamba yang bertakwa.
Hanya dengan hidayah-Nya.
Maka mintalah! MINTALAH! Minta kepada Allah agar Dia memberimu hidayah! Menjagamu dalam hidayah! Dan mematikanmu dalam keadaan memegang hidayah.

Ya, hidayah yang begitu teramat mahal.

Ada yang Terlarang

Assalamu'alaykum...
Apa kabar semuanya? Semoga aja tetap cerah ceria seperti biasa yah.
Hemmm.... banyak yang terjadi sebulanan ini. Semua dimulai dari bulan Ramadhan kemarin. Oh, ya. btw, gimana kabar Ramadhannya kemarin? Ada cerita seru kah, sedih kah, senang kah, atau.... jangan-jangan horor ya?
Horor? Oh, no! Misalnya: tiba-tiba disuruh ngampus.
Nah, itu horor tuh!

Gimana nggak horor orang yang disuruh masih di pedalaman nun jauh di sana tanpa alat komunikasi tiba-tiba kok tahu disuruh ngampus? Bisikan jin kali ya?
Hehe. Contoh...

Ya, sebenarnya bukannya aku nggak nulis lagi. Cuman sarana tumpahan emosiku (eh?) bukan lagi padamu blog, kekekeke. Maaf ya jadi berkhianat gini. (ckckck). Anggaplah itu intermezzo.

Nah, ada yang terlarang!
Apa kira-kira????

Ayo tebak....!!!


Sedikit lagi....







Yang terlarang adalah................



Bukunya Ippho yang judulnya 13 Wasiat Terlarang! Hehe.
Ya, baru aja aku baca bukunya dan asli inspiratif dan kocak banget. Udah ada yang pernah baca? Sebenarnya bukan cuman dari sisi bisnisnya aja, tapi sisi-sisi dalam menjalani hidup pun bisa kita praktikkan. Walaupun sebenarnya mau nggak mau kita bakal bisnis juga sih. Paling nggak yang PNS tuh bisnis jasa. Iya kan? Dan pantesan aja kalo bukunya best seller, Isinya juga kadang rada kagak mengerti soalnya pake bahasa planet (planet bumi-read). Tapi paham deh tentang kananisasinya kang Ippho.

Well, aku nggak ada niat cerita sesuatu sih hari ini. Cuman pengen bagi info ini aja. Oh, ya, baru inget. Tadi aku lihat buku keren abis tentang jurus kuliah di luar negeri! Asli promosinya bagus banget dan murah (maksudku yah lumayan terjangkau lah ya), Siapa tahu ada yang nyari, penerbitnya Inspira. Aku juga baru mau pesan sih, Insya Allah. Aku promosiin orang cuma-cuma loh ya, hehe.

Oh, ya. Kunjungi aja blogku di blueskypharmacy.wordpress.com untuk membaca tulisan-tulisanku yang lain PLUS my teaching journey. Pengen nulis aja sih tentang pengalaman ngajarku yang masih amatiran ini. Kekekekeke.

:D

Saat Khatam Dipertanyakan

Al-Qur'an
" Udah khatam?"
"Target berapa kali khatam?"
"Mudah-mudahan khatamnya bisa lebih dari bulan ramadhan kemaren"

Nggak asing 'kan dengan kalimat-kalimat di atas? Entah pertanyaan maupun pernyataan seputar khatam di Bulan Ramadhan. Lantas, di antara kawan sekalian masih ada nggak yang bertanya-tanya atau ngerasa seperti ini,

'untuk apa saya khatam berkali-kali?'
'ah, daripada khatam berkali-kali tapi nggak ngerti, mending semampunya aja asal paham'
atau beberapa kalimat serupa di atas.

Dialah Wanita…


Dialah wanita pemegang tahta dunia
Tanpa nama dan tanda jasa
Menoreh kisah bukan pada goresan pena
Tetapi pada mereka yang menjadi bunga bangsa

Dialah wanita idaman jiwa
Dalam senyum tersirat ketulusan
Dalam tangis tersirat do’a dan harapan
Bukan untuknya,
Melainkan untuk mereka buah hati penyejuk mata

Dialah wanita sepanjang masa
Yang berletih dari pagi hingga petang
Dengan semburat sumringah menemani tiap langkah
Biarlah lelah dia adukan di sela malamnya
Pada Robb yang telah menciptanya saja
Cukuplah jiwanya lapang kala pundak harapannya senang
Buah hati dan bunga bangsanya

Dialah ibu…
Pahlawan walau tanpa tanda jasa
Madrasah utama mendidik jiwa-jiwa mungil menuju ilmu dan takwa
Dirindu surga dan diidamkan ummat manusia
Tanpa lelah, tanpa keluhan
Tersenyum dalam sebait do’a penuh harapan

Duhai, bagaimanakah kita tenggelam?
Dalam arus masa yang kian mengaburkan kehormatannya
Padahal surga berada di bawah telapak kakinya
Berusah payah mengandung dan melahirkan
Bahkan mendidik kita hingga dewasa
Lantas sudahkah kita berbakti dan bersyukur kepadanya?

Tumpuan negara, memegang tahta walau tanpa mahkota
Dengannya ummat binasa
Dengannya pula ummat ‘kan jaya
Dialah wanita, ibu
Dialah madrasatul aulaa


Saat Kita Bertanya tentang Kita

Saat kita bertanya tentang kita
Tentang jati diri sebenarnya dan hakikinya

Saat kita bertanya tentang kita
Tentang jiwa yang tak tentram dan penuh kebingungan

Saat kita bertanya tentang kita
Tentang kesedihan yang menggelayut dan derita yang tak kunjung reda

Saat kita bertanya tentang kita
Tentang diri yang bergelora tetapi hampa di dalamnya

Saat kita bertanya tentang kita
Siapa sebenarnya dan yang manakah sejatinya?

Maka ketahuilah, setiap bayi yang lahir ke dunia
Lahir dengan fitrah
Fitrah untuk menjadi hamba yang senantiasa rindu pada Tuhannya
Lahir dengan fitrah
Fitrah untuk menjadi hamba yang senantiasa ingin dekat pada Tuhannya
Lahir dengan fitrah
Fitrah hanya untuk beribadah kepada-Nya
Menjadi hamba yang dihias takwa sebagai pakaiannya
Dan akhlak mulia adalah perhiasannya

Maka saat kita bertanya tentang kita
Kembali ke fitrah, itu jawabnya

------------- Bumi Allah, Makassar-----------------

Sebab lingkungan lah yang membentuk karakter kita, namun terkadang mengaburkan jati diri kita. Jati diri sebagai seorang muslim/ah dirindu surga.

Belajar dari Pohon Kurma

Bismillah.

Bulan Ramadhan, entah sudah kali ke berapa kita menghirup sejuknya bulan ini, dan sudah berapa pelajaran yang terekam di sanubari kita mengenai bulan penuh berkah ini. Syukur yang sangat besar terus terucap dari lisan ini sebab kesempatan bertemu dengannya adalah tanda kesempatan rahmat pula yang begitu besar bagi diri.

Ini hanyalah catatan kecil yang kudapatkan selepas bermajelis kemarin. Tentang salah satu perumpamaan dari banyaknya perumpamaan yang Allah berikan dalam kalam-Nya. Yah, dan betapa menakjubkan peumpamaan-perumpamaan yang Allah berikan kepada kita, manusia.
Gambaran ini termaktub dalam Qur'an surah Ibrahim: 24-25

Travelling Hati

Aku kembali menulis di blog lamaku yang sekarang udah ganti judul jadi "Travelling Hati", kunjungi ya... Dan semoga pembaca merasa maklum dengan tulisan yang masih acak-adul. Sampai sekarang pun saya masih belajar. Dan lagi... mungkin blog adalah sarana pelampiasan ketidakteraturanku :D
Kritik dan saran pun masih saya tunggu dan nantikan.

Assalamu'alaykum warohmatullah wabarokatuhSemoga pembaca senantiasa berada dalam kebaikan dan kebenaran.
Baru aja aku ganti judul dari "Daun Permata Biru" menjadi "Travelling Hati". Yup, setelah kupikir-pikir, blog ini memang lebih cocok diberi judul demikian. Soalnya, secara pribadi, blog ini memang menjadi saksi bisu atas travelling hati yang kujalani. Ya, judul ini pun mengangkat fenomena internet yang sedang 'hot' alias sedang naik daun, yaitu tentang travelling.
Banyak banget blog dan tulisan-tulisan yang menyuguhkan kaitan travelling mereka. Dan hal ini pun menjadi salah satu sarana para penulis travelling tersebut mencari biaya hidup alias bisnis. Jujur aja, ya, aku nggak begitu diberkahi dengan kemampuan travelling seperti mereka yang kemana-mana menjelajahi bumi Allah ini. Dan sebenarnya, rasanya tuh kayak kepengeen juga, hehe. Tapi, sadar nggak sadar, di dalam diri kita pun ternyata sering terjadi travelling.
Perjalanan pikiran, pemahaman, penafsiran, dan perasaan kita terhadap kehidupan yang kita jalani. Kadang perjalanan itu harus berada dalam kegelapan dan kesusahan, bak terperangkap di kawah gunung berapi yang hendak meletus. Tapi kadang juga berada dalam ketenangan dan kedamaian, bak liburan di pulau tropis dan bersantai ria.
Tiap diri memiliki perjalanannya masing-masing. Tapi apapun jalurnya, semoga tujuannya tetaplah ridha Allah 'azza wa jalla.

Hidup Menunjukkan Cakarnya

Hidup menunjukkan cakarnya saat titik kedewasaan ingin kita raih. Tiap orang akan melihat cakar berbeda. Dan akan menghadapi cakar itu sesuai pola pikirnya. Peringatan dan cara menghadapinya sebenarnya telah diberikan, hanya saja, ada yang mengambil dan ada yang tidak mengindahkan.


Hidup telah menunjukkan cakarnya. Karena masing-masing orang telah melihatnya. Di tiap sudut kamar sebelum terlelap, auman yang memekakkan telinga akan keganasan seakan menjadi pelengkap harian.

Hati kadang begitu naif. Menyaksikan segala sudut yang memungkinkan sehingga kadang membuatnya lemah. Prinsip. Entah prinsip apa yang ia harus pegang untuk menguatkan pundak dan langkah. Kadang, itu yang terbetik sejenak.

Lemah. Ya. Proses menguatkan diri, mungkin sedang berjalan saat menyadari kelemahan. Lemah menghadapi cengkraman cakar yang bahkan tak pernah terpikir sebelumnya. Tapi, manusia punya sifat kuat bertahan hidup. Sayangnya, tekad kuat takkan berkutik saat semuanya terlambat.

Follow me:
http://zaza17azza.tumblr.com/

Explanation on Behavior


Maybe this isn't always be right.
But sometimes, somehow, people take advices or realization by drama in their lifes. Or, a sad story which plays in their head and they as the main role.
Human.
We ourselves cannot describe it well, is it good, is it evil. People who speculate about the being said "it depends on the person". Yeah, depending. Proability.
But, what could actually, exactly, tell us about why people choose. Why can they choose. Because of the brain. Then, tell me. Why is it two persons who lived in the same environment, and even maybe they are twins, identical, everything in the same condition and the same amount, weight, and type of the brain. But, why is it they have another differences, in their likes, their dislikes, their hobby. And maybe many more in psychlogical aspects.
Mindset.
What is it so wrong in about mindset? The way people choose their mindset, the way they act and do something, It's not about DNA. Or at least, DNA is just playing a really small role.
Can you explain?


Well,
There are people who do not believe in God. Ironically, they even a scientist. They said that God is not a logic thing. It's not a real.
For me, I believe in God. I believe in Allah ta'ala. I believe, because Allah is the only logic answer of all questions which pop up in my mind.
I may not as smart or brilliant as those mad scientist. But, I know one, in this case, I am more better than them.
Why don't they learn qur'an?

Happiness is

Sometimes, there was feeling linger in my heart, whispering in silence, about my life, about my will, about the purpose I want to reach.
Anger, sadness, annoyance, then changed to happiness in a blink of eyes.
It's just when we REMEMBER Allah ta'ala, the only God. When we read the Ketaabullah, Qur'an. Then, we knew, Allah was listening to our most quiet whisper in our heart. Allah knew what's best to us, even for the badness we got, that's still the best gift to make us strong and also to GO BACK to Allah.

Happiness is Islam
Alhamdulillah

Perlengkapan Ibu dan Anak

Assalamu'alaykum bunda sekalian.
Baiklah, untuk hari ini mungkin adalah edisi shopping perlengkapan anak terjamin yah. Jujur aja, aku tahu banget kalau sebagai seorang ibu tentunya menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Walaupun aku sendiri belum punya anak tapi yah aku juga suka kok sama anak-anak, hehe. Nah, tentunya para bunda menginginkan anaknya tumbuh dan berkembang dengan baik. Selain itu, menjadi anak yang shalih dan shalihah adalah harapan utama. Alhamdulillah, aku adalah marketer untuk Toko Salatiga.
Toko Salatiga juga menawarkan berbagai perlengkapan ibu dan anak serta buku parenting  yang in sya Allah akan bermanfaat bagi Bunda. Yang perlu bunda tahu, aku cuman Marketer, jadi dari pihak bunda, aku nggak ngambil keuntungan apa-apa. Hanya sebagai penyedia informasi dan perantara penyampaian info dan pesanan. Nah, belakangan ini memang orang-orang lebih tertarik menjadi dropshipper, tetapi hal itu sudah dikaji secara hukum dalam agama mengenai hal ini dan memang sistem dropshipper kesannya bakalan merugikan pihak produsen juga.
Baca lebih lanjut: http://pengusahamuslim.com/review-majalah-pm-1703/
Jadi, aku juga ingin berlaku jujur sebagai marketer yah, kalau masalah harga, bunda bisa cek-cek harga di toko lain bahkan mungkin dari produsennya langsung, dan itu adalah hak perogratif bunda untuk memilih toko. Tentunya bunda menginginkan harga yang murah dan kualitas yang bagus. Adapun di toko salatiga, yang dapat kami sampaikan adalah orang-orang yang amanah in sya Allah. Berusaha menjaga kepercayaan pelanggan dan selama ini telah terbukti. Dan juga, dengan membeli di toko ini melalui aku, bunda juga sebenarnya tengah membantuku :).
Oh, ya. Harga ini tidak termasuk ongkos kirim alias ongkir bunda yang tanggung dengan origin: Semarang.

1. Popok kain alias Cloth Diaper
Harga: 84.000




Harga: 84.000 GG B-Dipe







Harga 84.000

Harga 84.000

Beberapa motif lain masih tersedia. Pembelian min 6 pcs/tipe diskon 5.000/pcs
2. Buku Bantal
Harga: 35.000

Harga : 35.000

Harga: 35.000

Harga: 35.000

Harga: 35.000
Beberapa judul masih juga tersedia.
3. Buku Parenting
Harga: 32.000

Harga: 25.000

Harga: 70.000

Harga: 30.000
Ada pula buku-buku lain.

Baiklah memang aku cuman ngasih sampel aja dari barang-barang Toko Salatiga. Jadi, bunda mungkin bisa bertanya atau info lebih lanjut:
pin BBM: 74A0C266

Terima kasih

Uang pun Membeli Kebahagiaan



Sumber: Republika.co.id
Di dalam kehidupan, setiap manusia pasti menginginkan kebahagiaan. Namun demikian, makna dan arti kebahagiaan akan berbeda alias relatif bagi masing-masing mereka. Saking pentingnya kebahagiaan dalam hidup seseorang, banyak buku yang membahas mengenai masalah ini. Sebut saja The Happiness Project (Gretchen Rubin), The Happiness Hypothesis (Jonathan Haidt), Stumbling on Happiness (Daniel Gilbert); dari Indonesia seperti Sabar dan Syukur “bikin hidup lebih bahagia” (Yunus Hanis Syam), Surga dan Bahagia (dr. Inca H. Bintang), Bahagia itu Sederhana (Tukiyo Suryo Atmojo), dan masih banyak lagi. Bukan hanya itu, bahkan quote yang unik-unik pun dibuat untuk menunjukkan cara mereka memandang kebahagiaan. Contohnya seperti pada akun twitter Happiness is (@damnhappyyy) yang bahkan membuat plesetan sederhana tentang kebahagiaan. Secara alamiah, memang manusia sangat ingin merasakan ketentraman di dalam hatinya dan kebahagiaan seakan menjawab semuanya. Lalu, siapa pula yang menyangka bahwa uang pun dapat membeli kebahagiaan?
Selama ini kita mendengar perkataan orang-orang bahwa uang tidaklah dapat membeli semuanya, terutama kebahagiaan. Tapi, seperti apa maksud “uang membeli kebahagiaan”? Kebahagiaan seperti apa yang dibeli? Mari kita simak beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait hubungan uang dan kebahagiaan yang dilansir dari medicaldaily.com.
Para peneliti pada 27 Februari lalu  menghadiri symposium di Long Branch, Calif, untuk menemukan dan membahas mengenai masalah ini. Simposium yang diadakan dengan tema “Happy Money 2.0: New Insight Into The Relationship Between Money and Well-Being” merupakan acara yang dilakukan untuk merayakan 16 tahun Social Psychology dan Society for Personality. Pada kegiatan ini, dijabarkan 4 paper penelitian yang secara sederhana bertujuan untuk menjawab apakah uang bisa atau tidak membeli kebahagiaan.
Studi 2014 yang dipublikasikan pada Journal of Positive Psychology sebelumnya telah menjawab pertanyaan ini setelah mereka menemukan bahwa orang yang menghabiskan uangnya untuk merasakan pengalaman lebih bahagia daripada menghabiskannya untuk barang-barang material atau properti mewah.  Amit Kumar seorang mahasiswa doctoral Program Psikologi di Cornell University yang mengemukakan lebih lanjut alasan hal ini, yaitu perasaan antisipatif untuk pembelian pengalaman cenderung lebih menyenangkan, tidak terburu-buru dibandingkan perlengkapan atau property mewah  yang kita inginkan untuk dibeli. Hal yang serupa disebutkan oleh Jordi Quoidbach menemukan bahwa harta dan kekayaan yang berlimpah dapat meruntuhkan apresiasi dan mengurangi emosi positif yang dialami pada kehidupan sehari-hari. Anda tahu: banyak uang, banyak masalah. Dalam hal ini uang dalam bentuk property akan tersimpan secara simbolis yang menunjukkan kelimpahan harta si pemilik. Berbeda dengan pengalaman yang tersimpan secara emosional.
Hal ini juga senada disebutkan oleh peneliti dari Harvard Business School, University of Manheim, dan Yale University yang menunjukkan bahwa peningkatan kekayaan tidak seimbang dengan peningkatan kebahagiaan. Faktanya, peneliti berspekulasi bahwa kebahagiaan secara negative berbanding dengan pendapatan.
Pada sebagian besar kasus, menghabiskan uang untuk pengalaman mengarahkan pada kebahagiaan lebih. Lagipula item-item material suatu saat akan rusak.
Menanggapi masalah ini, sekali lagi, tiap orang memiliki kecenderungan tertentu tetapi hidup sederhana memang jauh lebih menentramkan dan menyenangkan, bukan? Teringat dengan seorang Presiden di Uruguay, Jose Mujica, yang dijuluki “Presiden Termiskin di dunia” karena hidupnya yang sederhana. Memberikan uang untuk pengalaman berbagi, pengalaman berharga akan memberikan dampak kebahagiaan pada yang member pula.
Jadi, Apakah Anda siap membeli kebahagiaan?
http://www.medicaldaily.com/money-my-mind-spending-future-experiences-leads-greater-happiness-well-being-323808

Ini salah satu artikel yang sebagian besar isinya adalah terjemahan. MINAT JASA TRANSLATER MURAH ENG-INDO, INDO-ENG. Bisa Nego. email: fatimah.zahra9@gmail.com
:)

Antara Ikan dan Pohon

Bismillah.
Bagaimana kabarnya?
Mudah-mudahan wajahnya senantiasa dihiasi senyuman dan hatinya diliputi kebahagiaan.

Yah, postingan sebelumnya aku udah mulai masuk ranah Farmasi. Perkenalan singkat tentang Farmasi walupun "mungkin"" pada akhirnya adik-adik atau teman-teman malah tambah nggak mengerti. Hehe.
Ya, itulah kehidupan, banyak yang tidak kita mengerti.

 Baiklah, ngomong-ngomong soal kuliah, sekarang mungkin adalah masa-masa penuh tantangan yang mendebarkan bagi setiap insan perkuliahan. Walaupun kesannya lebuay, tapi memang. Percayalah. Hehe.
Ya, sementara mengurus-mengurus sesuatu yang diperlukan untuk mendapatkan gelas sarjana (*ups salah), gelar sarjana maksudnya. Mungkin terkesan terlambat bagi mereka yang merasa kemudaan lulus (soalnya, udah ada beberapa rekan sejawat-eh- yang mendahuluiku, bukan mendahului ke alam sana ya, hiks-read). Tapi, tidak mengapa. Kau tahu, tiap orang memiliki potensi, petisi, prokrastinasi (eh), ehm tribulasi maksudnya, sendiri-sendiri. Yah, ada memang yang dari awal memiliki tekad yang kuat, telah menetapkan mimpinya jauh sebelum orang lain memikirkannya, ada pula yang sembari berjalannya waktu, barulah ia tahu bahwa ia bukanlah monyet tetapi ikan.
Maksudnya? Hehe, bukannya mau ngehina. Perrnah dengar 'kan pepatah, seekor ikan tak akan pernah berhasil memanjat pohon. Atau yah kurang lebih pepatah yang demikian lah. Maksudnya, saat kita tak menyadari potensi, kita ingin meraih segalanya, menjadi "potensi orang lain", menjadi bukan diri kita sendiri. Karena bahkan, kita tak mengenal siapa diri kita.
Nah, kurang lebih seperti itulah yang kualami, menjadi Fase kedua.
Kesyukuranku yang sangat besar adalah karena Ilmu Agama menyelamatkanku dari menjadi pribadi yang putus asa menjadi orang yang selalu mengambil pelajaran.

Hidup itu belajar. Belajar bahkan dari pelajaran terpahit dalam hidup kita. Saat kita mencoba untuk mencari tahu karakter kita, mencari tahu potensi dan kesempatan yang mungkin untuk kita dapatkan walaupun pada akhirnya JATUH karena berbagai alasan dan kendala.
Tetapi, kau tahu, saat Allah berfirman, "Maka sesunguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Bersama kesulitan itu ada kemudahan" (QS 94:5-6), dan kau mencoba MEMBUKA MATA HATIMU. Mencoba melihat segala kebaikan Allah ta'ala dan PERCAYA tentang hal itu. Maka tiba-tiba kau tahu, bahwa solusi ternyata terbuka lebar, bahwa dunia ini tidaklah selebar daun kelor, bahwa kau memang sangat membutuhkan-Nya untuk menuntunmu.

Dan dari situlah, aku belajar banyak. Walaupun aku tahu, sebagai seorang anak muda (hehe, masih muda lah) ke depannya aku  pasti masih harus banyak belajar lagi. Maka biarlah ini menjadi reminder ku kelak. Aku belajar, bahwa mimpi yang selama ini kita cari, potensi yang selama ini kita cari, sebenarnya sudah ada di sana. Tentang mimpi, maka kau hanya PERLU MENETAPKANNYA sekarang. Tentang potensi, kau hanya HARUS MENGASAHNYA lebih dalam. Aku yakin tiap kita sudah memiliki sesuatu yang kita sadari sebagai sebuah kelebihan, sekecil apapun itu!!! Tetapi, ketika kita mengasahnya untuk mencapai mimpi, maka itu akan membuat kita seperti naik JET. Yah, setidaknya jet akan lebih cepat.
Album pribadi: mimpi dan cita

Memang untuk mimpi jangka panjang, aku belum bisa berkata banyak, tetapi, untuk mimpi-mimpi jangka pendek, Allah telah memudahkannya untukku. Maka tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah!!!
Kau tahu kan, kalau Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam pernah bersabda, "Jika ingin bercita-cita, bercita-citalah Surga Firdaus!" Surga tertinggi. Kenapa? Karena cita-cita tinggi yang jelas akan memotivasi lebih kuat.
Rasulullah tidak hanya mengatakan raihlah surga, karena hal itu akan seperti--> saya mau sukses. Kenapa? Ya, surga itu banyak. Bahkan surga terendahpun surga, bahkan menjadi orang terakhir masuk surga pun ya masuk surga juga. Sama seperti orang yang mengatakan cita-citanya hanya untuk sukses. Ya, nonton TV di rumah pun sebenanrnya sukses, sukses nonton TV. Sukses itu banyak! Dan ketidakjelasan hanya akan membuat kita linglung.
Berharaplah surga firdaus! Supaya memotivasi kita untuk senantiasa beramal sebaik-baiknya, memperbaiki keikhlasan sebaik-baiknya, menjadi orang yang paling bertakwa. Bukankah itu mulia? Dan jauh lebih memotivasi dibanding hanya sekedar menginginkan surga, sekedar keinginan sehingga usahanya pun seadanya?
Begitupula untuk meraih kesuksesan di dunia ini.
Kenapa harus sukses di dunia?
Karena ummat Islam memang harus berjaya!

Hanya saja ya perlu ingat, bahwa AKHIRATlah tujuan dan yang ada di hati kita. Maka dunia akan mengikut.

Jadi ya:
No 1. Akhirat
Selanjutnya-->dunia ngikut. Tapi kita butuh usaha juga. Jadi ya, kita juga perlu menetapkan cita di dunia kita. Minimal yah planning. :)
Jadi antara Ikan dan Pohon, yah, untuk meraih cita yang udah kita tetapkan, ya itu tadi, kalau kamu ikan ya sadar aja kalau tempatnya di air dan jangan mau ikut-ikutan monyet manjat-manjat pohon. Moga dimengerti yah. Hehe

Wallohu 'alam
Sumber: Google image, shutterstock

*kritik dan saran sangat diharapkan. Let's share.

Farmasi-Is-Fun(?)

Bismillahirrahmanirrahiim

Assalamu'alaykum kawan, semoga senantiasa berbahagia ya. Dan senantiasa membahagiakan diri. Hehe.
Setelah usai berkali-kali mengadakan #edisinsomnia kayaknya malam ini akan menjadi malam yang indah. Eh? Hehe. Malam jum'at, malam yang indah lah! Bukan bagi roh-roh gentayangan yang *menurut sebagian besar orang* sangat menyukai malam ini. Oh, bukan-bukan! Malah, malam jum'at kayaknya setan nggak gitu minat. Soalnya, kaum muslimin banyak mengaji, terutama surah Al-Kahfi. Hehe.
*Yang ada malam minggu setannya banyak* Ups, nggak nakut-nakutin yah.

Oke.

Lucunya, setiap kali habis vakum lama, pasti plin-plan tema akan terjadi padaku lagi. Ha! Di salah satu tulisan sudah kusebutkan 'kan betapa plin-plannya diriku ini. Bukannya apa. Ternyata eh ternyata, usut punya usut, Rasa-rasanya, kira-kira, sepertinya.....(hehe, kepanjangan) blog ini pada akhirnya hanya menjadi teman berbagi susahku. (*maaf ya blogku, aku bukan teman yang baik). Tapi untungnya, kesusahanku kubawa senang aja di sini. Iye tak? (Ost.upin ipin). He... maksa banget ya?

Well, memang selalu dan selalu prologue nya panjang. AZ gitu loh! -___-"
Baiklah back to the topic.

Is Farmasi Fun?
Apakah farmasi menyenangkan?

Aku tergeltik menulis tentang ini karena sepertinya masih saja banyak anak muda zaman sekarang (ceileh) yang belum kenal farmasi. Bahkan JUJUR saja, waktu SMA saya nggak pernah dengar sedikit pun tentang Farmasi.


Simplenya:
Anak SMA: Kakak, kuliah di mana?
Kite-kite: Farmasi, dek. :)
Anak SMA : (Bengong). Itu universitas ya kak? Atau nama rumah makan?
Kite-kite : Glek! (mata tiba-tiba putih, keringat dingin, tenggelam dalam dunia sendiri) WHAT!!

Ya, kurang lebih seperti itu. TAPI, untungnya karena zaman yang sudah edan! (Tolong jangan negative thinking) Edan modernnya, akhirnya dengan keringat dan jerih payah yang sulit (padahal kerjanya cuman nonton TV) anak-anak mungil dan polos itu mengerti juga. Fiuh.
Well, kalo aku sih ceritanya lain. Udah di dalam dulu baru kejebak. (*UPS) Kejebak dalam kebahagiaan maksudnya.

Jadi sebenarnya apa sih itu farmasi?
Farmasi sebenarnya cuman sebuah fakultas di antara beberapa fakultas yang ada di dunia ini.
Bicaranya anak farmasi mungkin kadang-kadang bikin mumet soalnya, orang bahas meme lucu mereka bahasnya formula, orang bahas cinta-cintaan, mereka bahasnya obat-obatan, orang bahas  gadget terbaru, mereka bahasnya sediaan terbaru. Mana tasnya berat-berat lagi, bawa farmakope, textbook, laptop (untuk ebook bukan untuk game), dan alat-alat lab.
Tenang, TIDAK SEMUA. Cuman yang sangat mencintai pekerjaannya sebagai mahasiswa farmasi yang tersebut seperti di atas. Tapi, nggak semua yang tampak juga menunjukkan batiniahnya. Hehe.

Yah, dimana FUN nya?
Memang kedengarannya nyesek (iya tau kok *sok), tapi TAHUKAH ANDA?
80% yang ada dalam kehidupan Anda sebenarnya berkaitan dengan farmasi. Bahkan kalau mau bilang bisa jadi 90%.
Kok?
Makanan-makanan kemasan yang Anda telan, minuman-minuman kemasan, sabun cuci baju yang Anda gunakan, Sabun cuci piring yang sudah mau habis, Shampo yang baunya ganti-ganti tiap pekan, bedak yang Anda taburkan pada wajah sebelum ke sekolah atau kampus, bensin yang Anda gunakan untuk kendaraan, dan tak ayal, suplemen dan obat yang Anda konsumsi, Farmasis ada di belakang itu semua. HAHAHAHAHA. Eh.
Lagipula, di German, pekerjaan seorang farmasis sangat terkenal. Bahkan, dalam melakukan pemeriksaan pasien, farmasis juga harus mendampingi dokter dalam penyampaian resep. (dengernya dari dosen yang pernah kuliah di sana sih).
Dan jangan kira, farmasis juga berperan penting dalam hal meningkatkan mutu kesehatan masyarakat. (Tentunya semua itu atas Izin Allah lah yah)

Nah, jadi SENGSARABAHAGIA=BERMAKNA pekerjaan itu.

Kenapa Sengsaranya saya sok coret. Karena sayangnya, masih banyak yang merasa sengsara dengan hal itu. Padahal, sengsara atau bahagianya itu tergantung bagaimana kita memandangnya. Ya, dimanapun kita berada, seSULIT apapun pekerjaannya tapi kalau kita memandangnya MUDAH, maka akan dimudahkan (tentunya disertai do'a). Dan seMUDAh apapun pekerjaannya kalau kita memandangnya SULIT maka akan disulitkan.

Jadi, tanamkan saja FARMASI-IS-FUN
kebetulan Farmasi dan Fun diawali oleh huruf F --> walaupun sebenarnya maksa.

Karena dengan menjadi Farmasis kita bisa menyelamatkan banyak kehidupan juga. Bukan cuman dokter, bray.

Jadi, tetapkan saja pilihanmu, saudara. ;)

Nb: Belajar di farmasi juga bisa mendekatkan kita kepada Allah. (Tergantung niat dan sudut pandang kita juga).


Okay, wassalamu'alaykum warohmatullahi wabarokatuh.
Selamat menempuh hidup baru.
^_^

Panorama masa


Kadang aku berpikir,
Dapatkah aku memutar masa
Memperbaiki bulir-bulir jejak
Menghapus goresan-goresan salah
Menata kembali sikap dan kata
Menutup lubang yang telah terbuat
Yang kini menyisa sesal dan lara

Tetapi,
kenyataan menyadarkanku
bahwa tenggelam dalam rasa
hanyalah bagian dari tipu syaitan
yang tak ayal inginkan kita binasa
di akhirat yang abadi nan kekal

Allah mengizinkan kita berdiri
Hari ini, memperbaiki diri
Walau yah, luka masih terpatri
Tetapi masa depan tetaplah menanti
Menanti amal yang kan mengganti
mengganti salah dengan semangat memperbaiki
mengganti dosa dengan pahala yang mengalir

Karena masa masih Allah beri
Jangan pernah sia-siakan ia lagi
Sebelum saat sang pasti datang memanggil
Lalu jadilah kita hamba-hamba yang menyesali
dan takkan lagi bisa memperbaiki
Saat itu,
Yang ada hanya tangis dan sesak di hati
Berharap kembali
Walau hanya sejentik jari

Ya, Allah... di akhir-akhir hidup kami, berikanlah kami petunjuk untuk senantiasa berserah pada-Mu, memenuhi seruan-Mu, berjuang di jalan-Mu, mengikuti sunnah nabi-Mu. Dan jauhkanlah kami dari sifat munafik, riya', dan dengki. Jauhkanlah kami dari keburukan di dunia dan negeri akhirat. Wafatkanlah kami beserta orang-orang yang beriman, yang taat, dan mencintai-Mu. Panggillah kami dalam keadaan yang Engkau ridha. Izinkan kami berjumpa dengan-Mu..

Bumi Allah, Makassar
14 Rabi'ul Tsani 1436 H

S_U_K_S_E_S


Album Pribadi


#Sukses
Kita terlalu banyak berpikir sukses
Bercita besar menjadi orang yang sukses
Tapi, sudahkah kita tahu apa arti sukses?
Sudahkah kita tahu seperti apa sukses itu?
Sini....
Mari...
Ayo kita telaah kembali bagaimana sukses yang hakiki itu
Ini mungkin menurutku, tapi coba kite renungi
Sukses yang hakiki...
Adalah tatkala semua manusia kehausan yang dahsyat akibat sang surya yang hanya sejengkal, sedangkan engkau minum dari telaga yang takkan pernah lagi menghauskan
Adalah ketika semua orang tertunduk lesu, lemas, takut, khawatir; sedangkan engkau bersemu dan dimuliakan dengan mahkota dan mimbar dari cahaya
Adalah saat wajah hitam muram, tetapi wajah dan tubuhmu dipenuhi dengan cahaya yang menyilaukan
Adalah pada masa orang-orang diberi kitab di sebelah kiri, tetapi engkau di sebelah kanan
Adalah hari yang tak ada lagi perdagangan, dan engkau telah memetik hasil dari perdagangan yang paling menguntungkan

Ya, di hari itu
Di yaumul akhir
Di padang mahsyar

Sukseslah di dunia!!! Jadilah orang yang kaya! Sebab kekayaanlah yang mampu membuat kita untuk banyak berderma demi kemaslahatan ummat. Dan Rasul pun tidak meninggalkan utang saat wafatnya pertanda kekayaan yang beliau miliki.
Rasulullah bersabda “Kekayaan itu  tidak berbahaya bagi orang yang bertakwa kepada Allah “ (HR Ahmad)

Tetapi kawan, mari kita bersama mengingat tentang makna sukses yang hakiki. Sebab beratnya hari akhir itu,dan kita  hanya dapat menyelamatkan diri dengan memperbanyak amalan kebaikan dengan ikhlas dan ittiba' (mengikuti sunnah Rasulullah) di saat sekarang.
"Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka" (At-Tahriim: 6)

Maka mari sukseskan diri kita di dunia dan akhirat :)

Pages