Titik Tengah: Kaki-kaki Semut
Kelelahan membuatku merebahkan diri pada lantai di rumah. Saat itu, aku melihat jejeran semut-semut merah. Ehm, aku sedang tidak membahas saintifik semut yang saling bersalaman ketika berjumpa. Saat itu, aku hanya memperhatikan kaki-kaki mungil semut itu.
Ehm, tak terbayang ya betapa mungil dan kecilnya kaki semut. Tapi, uniknya, kaki-kaki mungil itu tak pernah lelah berjalan begitu jauhnnya hanya untuk satu remah roti. Bagi kita, jarak antara ruang tamu ke dapur mungkin cuman berapa langkah saja, tapi, bagi si semut, itu seakan antara Makassar ke Mamuju alias berkilo-kilo jauhnya. Tapi, kaki mungil itu tak pernah menyerah.
Sedikit, aku merasa takjub dan rendah dibandingkan semut-semut itu. Semut-semut itu penuh dengan tawakkal dan penuh rasa syukur kepada Robbnya. Perjalanan yang jauh mungkin tak pelak hanya membuat mereka menemukan makanan yang sedikit. Tapi, yang mereka tahu tetaplah berjuang dan berusaha.
Kita dan semut itu punya satu kesamaan. Kita punya insting untuk bertahan hidup. Tapi dari berbagai sisi, Allah telah melebihkan kita atas semut dengan adanya akal sehat serta ukuran tubuh yang lebih besar. Hanya saja, kadang dalam satu titik, semut mungil itu bisa jadi lebih baik dari kita. Ketika kita telah berputus asa, ketika kita begitu serakah.
Kaki-kaki semut itu mengajar banyak hal kepadaku.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar