Pesona

Kita takkan terpaut masa
Dalam jarak yang menggelorakan rasa
Dalam hening yang membuncahkan asa

Kita takkan terpaut masa
Di sana dalam ruang hampa cinta
Genggaman takkan merenggang

Buai lantunan indah kata
Tiada guna dibanding dalamnya samudera rasa

--F.A--

Tak Inginkah Kita Menjadi Sahabatnya?





الحمد لله,الصلاة والسلام على رسول الله.
Sesungguhnya, segala puji hanya milik Allah k, kita memuji-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya, dan memohon ampunan kepada-Nya, serta kita berlindung kepada-Nya dari keburukan diri kita dan keburukan amalan-amalan kita. Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allahkpetunjuk (hudaa) maka tak ada yang dapat menyesatkannya dan barangsiapa yang dikehendaki oleh-Nya sesat maka tak ada yang dapat memberinya petunjuk. Kami bersaksi bahwa tak ada ilah (sembahan yang haq) selain Allah kdan Muhammad n adalah hamba dan utusan-Nya.
Saudariku, muslimah…
Pernahkah engkau memiliki sahabat? Bagaimana rasanya memiliki seorang sahabat karib? Senang ya? Ada tempat berbagi, minta nasihat, ada yang menemani, dan kalau kesusahan ada yang bantuin! Wah, siapa sih yang tak ingin sahabat kalau begini?! Tapi, tahu nggak sih, muslimah, kalau ada sahabat yang lebih baik dari sahabat-sahabat ‘manusia’ kamu? Nggak?! Nah, sini sini… coba buka lemari kamu atau rak buku di rumahmu atau yang biasa dipajang tuh di samping televise atau di musholla rumah kamu. Sudah ketemu? Sudah tahu kan? Sudah kenal kan? Ya! Dia adalah Al-Qur’an.
Tahu, nggak sih muslimah…?
Sahabat dan keluarga kita di dunia ini, mereka mungkin akan menemani kita, bercanda tawa dengan kita, mengurangi kesusahan kita, tapi semua itu hanya di dunia ini saja. Saat masa ujian kita di dunia ini telah berakhir dan kita sudah harus mempertanggungjawabkan hasil ujian dunia kita kepada Robb kita ‘azza wa jalla, maka mereka akan meninggalkan kita. Jangankan masa pertanggungjawaban di yaumul hisab nanti, pre-yaumul hisab-nya alias alam kubur aja mereka sudah nggak ada menemani kita! Allahumma…
Kita hanya sendiri, berteman sepi. Kita sendiri beralas tanah dan juga beratap tanah. Kita hanya seorang diri, menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir. Kita hanya sendiri! Hingga hari pembangkitan tiba, maka kitapun dibangunkan untuk mempertanggungjawabkan kembali hasil usaha kita di dunia. Di bawah terik matahari yang hanya sejengkal, tanpa sehelai pakaian. Pada saat itu pandangan kita tertunduk, tubuh kita gemetar ketakutan tentang apa yang akan kita katakan pada Robbul ‘alamin?!
“Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar. Itulah hari yang pasti terjadi. Maka barangsiapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya.” (Qs. An-Nabaa’: 38-39)
Pada saat itu, saudariku… pada saat itulah kita sangat membutuhkan pertolongan! Kita akan mencari kesana-kemari meminta syafa’at (pertolongan) untuk meringankan kesulitan kita yang teramat sangat.
       
“dan tidak ada seorang teman akrabpun menanyakan temannya, sedang mereka saling memandang. Orang kafir ingin kalau sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari azab hari itu dengan anak-anaknya, dan isterinya dan saudaranya, dan kaum familinya yang melindunginya (di dunia). Dan orang-orang di atas bumi seluruhnya kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya.” (Q.S Al-Ma’arij: 10-14)
Pada saat itulah… Al-Qur’an akan datang
وَيَقُولُ الْقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيهِ قَالَ فَيُشَفَّعَان
 “….Sedangkan al Qur`an berkata : “Aku telah menahannya dari tidur pada malam hari. Karenanya, perkenankan aku untuk memberi syafa’at kepadanya”. Maka keduanya pun memberi syafa’at”. [HR Ahmad, II/174; al Hakim, I/554; dari Abdullah bin ‘Amr. Sanad hadits ini hasan. Hadits ini dishahihkan oleh al Hakim dan disetujui oleh Imam adz Dzahabi. Dishahihkan juga oleh syaikh al Albani dalam Tamamul Minnah, hlm. 394]
Pada hari tidak ada syafaat kecuali syafaat yang diizinkan oleh Allah, Al-Qur’an akan memberikan syafa’at. Tetapi, kepada siapa? Tahulah engkau jawabannya wahai saudariku, ia adalah mereka yang semasa di dunia ini bersahabat dengan Al-Qur’an.
“Dari Abi Umamah a ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah n bersabda, “Bacalah olehmu Al Qur’an, sesungguhnya ia akan menjadi pemberi syafa’at pada hari kiamat bagi para pembacanya (penghafalnya).” (HR. Muslim)
Inilah yang akan menyelamatkanmu, lantas, tak maukah engkau bersahabat dengannya? Tak maukah engkau menjadi ahlul qur’an?
Siapakah yang dimaksud ahlul qur’an dan ahlullah (keluarga Allah) atau hamba-hamba khusus bagi Allah dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
إِنَّ لِلَّهِ أَهْلِينَ مِنَ النَّاسِ قَالُوا : مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ : أَهْلُ الْقُرْآنِ هُمْ أَهْلُ اللَّهِ وَخَاصَّتُهُ
Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya, “Siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasul menjawab, “Para ahli Al Qur’an. Merekalah keluarga Allah dan hamba pilihanNya” (HR. Ahmad)
Simak penjelasan Syaikh Shalih Al-Fauzan –hafizhahullah– berikut: (Syarah Risalah Al-‘Ubudiyyah halaman: 64. Dar Ibnul Jauzi, Cetakan pertama; th 1435 H)
“Yang dimaksud ahlul qur’an  bukan orang yang sekedar menghafal dan membacanya saja. Ahlul qur’an (sejati) adalah yang mengamalkannya, meskipun ia belum hafal Qur’an. Orang-orang yang mengamalkan Al-Qur’an; menjalankan perintah dan menjauhi larangan, serta tidak melanggar batasan-batasan yang digariskan Al-Qur’an, mereka itulah yang dimaksud ahlul qur’an, keluarga Allah serta orang-orang pilihannya Allah. Merekalah hamba Allah yang paling istimewa.
Adapun orang yang hafal Al-Qur’an, membaguskan bacaan Qur’an nya, membaca setiap hurufnya dengan baik. Namun jika ia menyepelekan batasan-batasan yang digariskan Al-Qur’an, ia bukan termasuk dari ahlul qur’an. Tidak pula termasuk dari orang-orang khususnya Allah.
Jadi ahlul qur’an adalah orang yang berpedoman dengan Al-Qur’an (dalam gerak-gerik kehidupannya), ia tidak menjadikan selain Al-Qur’an sebagai panutan. Mereka mengambil fiqih, hukum-hukum dari Al-Qur’an, serta menjadikannya sebagai pedoman dalam beragama..”
Jadi, saudariku, masih tak inginkah engkau menjadi ahlul qur’an, ahlullah?
Janganlah diri kita menjadi yang sebagaimana difirmankan oleh Allah ‘azza wa jalla,
وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا
“Dan Rasul (Muhammad) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan al-Qur’an ini diabaikan.” (QS. al-Furqan: 30)
Ibnu Katsir menjelaskan makna “Mahjura (diabaikan)“ dalam kitab tafsirnya dengan beberapa pengertian, di antaranya,
1.Orang-orang musyrikin enggan mendengarkan (bacaan) al-Qur’an. Sebagaimana firman Allah

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَسْمَعُوا لِهَذَا الْقُرْآنِ وَالْغَوْا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُونَ
“Dan orang-orang yang kafir berkata, “Janganlah kamu mendengarkan (bacaan) al-Qur’an ini dan buatlah kegaduhan terhadapnya, agar kamu dapat mengalahkan mereka.” (QS. Fushshilat:26)
Dahulu, apabila dibacakan kepada mereka al-Qur’an, mereka membuat gaduh (hiruk pikuk) dan memperbanyak pembicaraan yang lain sehingga mereka tidak mendengar bacaan al-Qur’an.
Note:
Dalam nash aslinya tertera (
لَا يَصْغَوْنَ لِلْقُرْآنِ وَلَا يَسْمَعُوْنَه) kata (لَا يَصْغَوْن ) bermakna ( لَا يَسْتَمِعُوْنَ ), dan kata (يَسْمَعُ) berarti hanya sekedar mendengarkan tanpa teriringi tadabur maupun penghayatan, adapun kata ( يَسْتَمِعُ ) bermakna mendengarkan sembari diikuti penghayatan dan tadabur dalam hati. Dan orang-orang musyrikin enggan mendengarkan bacaan al-Qur’an dengan cara kedua-duanya, baik hanya sekadar mendengarkan, terlebih harus mentadaburi dan menghayati firman Allah tersebut.
2.Tidak mengamalkan (isinya) dan tidak berusaha menghafalnya juga termasuk dalam arti mengabaikan al-Qur’an.
3.Tidak beriman dan tidak membenarkannya juga masuk dalam kategori mengabaikan al-Qur’an.
4.Enggan mentadaburi dan tidak mau berusaha memahami (maknanya) juga termasuk bagian dari mengabaikan al-Qur’an.
5.Tidak mengamalkannya, berupa tidak melaksanakan perintah-perintahnya dan tidak menjauhi larangan-larangannya, ini juga termasuk dalam kriteria mengabaikan al-Qur’an.
6.Berpaling darinya dan menuju ke yang selainnya, baik berupa syair, perkataan, nyanyian, senda gurau, obrolan, atau berupa metode yang teradopsi dari selain al-Qur’an. Perbuatan ini juga termasuk mengabaikan al-Qur’an. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, Ibnu Katsir, 6/98-99)
Wal’iyadzubillahi min dzalik.
Semoga Allah menerangi hati kita dengan Al-Qur’an dan memberikan kita petunjuk untuk menjadi shahibatul qur’an.
Allahul musta’an (FA)

Bintang dan pasir~

Ehm, hai, kawan...
Apakah engkau baik-baik saja dalam balutan iman?
Apakah engkau tetap tersenyum? Walau, ya, kutahu kadang hidup menjadi sangat berat
Tapi, sudahkah engkau bersyukur?
Untuk apa? Ehm, cukup untuk 1 nikmat sederhana... Mata yang kau punya atau telinga yang engkau gunakan. Kau tahu 'kan bahwa tak semua orang seberuntung dirimu dengan 1 nikmat sederhana itu! Yang walau sederhana, sangat menentukan hidupmu. Paling tidak, bersyukurlah! 😊

Kawan, pernahkah engkau melihat bintang yang bertebaran di angkasa seakan sebarangan? Tidak, ia tak sebarang tempat. Uniknya, jumlahnya yang tak hingga tersusun dengan apiknya. Makanya kita mengenal gugusan bintang, bukan?
Bintang yang begitu banyaknya, tak ada yang tahu jumlahnya selain yang menciptanya. Bukankah menakjubkan!

Sudahkah kita bersyukur?

Pasir. Pernahkah pula kau menghitung tiap butirnya? Nonsense. Jumlahnya pun tiada terkira. Tapi, darimana asalnya? Pasir yang ada di tepi pantai seakan tak pernah berkurang, tapi, darumana datangnya? Bukankah sejak awal kita tahu bahwa pasir itu ada, tetapi tak tahu darimana datangnya? Ia benda mati yang tak mungkin bereproduksi. Kapan dan bagaimana ia aada? Kenapa harus dalam jumlah yang demikian hebatnya?
Ya, hanya penciptanya yang paling tahu.

Lalu, sudahkah kita bersyukur?

Bintang dan pasir itu kadang seperti kita.
Kadang kita merasakan begitu banyak hal yang seakan tak ada yang mengetahui dan memahaminya, tapi, pencipta kita tahu. Dia Maha Mengetahui bahkan yang tersirat dalam hati. Cahaya kita yang kelap kelip, kadang naik kadang turun, Allah ta'ala tahu.
Kadang pula kita tak tahu, untuk alasan apa kita diciptakan? (Ya, tujuan umumnya adalah ibadah, lalu khususnya?) Tapi, kenyataan bahwa kita hidup hari ini adalah karena sebuah sebab. Cukup itu saja dan bersangka baik pada Tuhan yang Maha Bijaksana. Allah ta'ala menciptakan kita untuk hidup di dunia ini karena sebuah sebab istimewa walau kadang terasa kita tak bernilai apa-apa seperti pasir itu. Tapi, jika tak ada pasir di dunia ini, takkan ada daratan. Maka kehadiran kita pun adalah sebuah kebaikan tergantung cara kita berprasangka pada Sang Khalik. Allah sesuai persangkaan hamba-Nya.

Kita seperti bintang dan pasir yang tercipta karena sebuah sebab istimewa.
Kita seperti bintang dan pasir yang harusnya tunduk dan patuh pada perintah pemiliknya.
Kita seperti bintang dan pasir yang harus terus bertasbih memujiNya.

Subhanaka robbiy, laa ilaha illa anta.😌😌

Pulang~

Entah kapan kita akan bersua
Di sebuah bangunan indah yang kita sebut 'rumah'
Tanpa hiruk pikuk yang melenakan jiwa
Dari bertasbih memuji-Nya

Entah kapan kita akan bersua
Pada tempat penuh ketenangan yang kita sebut 'rumah'
Yang di dalamnya dihiasi ibadah
Yang di dalamnya dibalut takwa

Entah kapan kita akan bersua
Dengan bergenggam tangan di tempat kita akan saling bernostalgia
Menyibak tabir yang dulunya menutup
Saling menghibur dan mensyukuri nikmat Robb 'azza wa jalla

Ya, entah kapan kita akan bersua
Entah kapan kita akan pulang
Aku sungguh menantikannya

😌😌😌

Sibuk~

Seringkali kita hanya sibuk meratapi diri kita sendiri padahal Allah telah memberi kita nikmat yang luar biasa, namun, kita saja yang terlalu serakah.

#quotetoday #muhasabah

Hidup (t)akkan~

Hidup takkan menjadi lebih mudah
Sebab kita beranjak dewasa, kita melangkah ke depan
Sebab, ya, hidup memang adalah ujian

Hidup takkan menjadi lebih mudah
Jika kita hanya diam berpangku tangan, seakan kaki akan bergerak dengan sendirinya
Jika kita tak hendak memulai kebaikan dan menolak keburukan
Bukan pada siapa-siapa, hanya pada diri kita saja

Hidup takkan menjadi lebih mudah
Ya, mata kita memang harus terbuka dengan lebarnya

Tapi, engkau tahu? Hidup bisa saja menjadi lebih mudah

Hidup akan menjadi lebih mudah
Kala takwa adalah hiasannya
Karena Dzat yang Menguasai alam akan memberi jalan keluar
Karena Dzat yang Maha Perkasa akan memudahkan langkah

Hidup akan menjadi lebih mudah
Kala seluruh manusia kembali pada alasan ia dicipta
Hanya untuk beribadah pada Robbul 'Izzah, Allah tabaraka wata'ala


❤❤❤
Az-Zahra, 26 Rabi'ul Awwal 1438 H

Kumpulan Nasihat Pernikahan~






















Pages