Bintang dan pasir~

Ehm, hai, kawan...
Apakah engkau baik-baik saja dalam balutan iman?
Apakah engkau tetap tersenyum? Walau, ya, kutahu kadang hidup menjadi sangat berat
Tapi, sudahkah engkau bersyukur?
Untuk apa? Ehm, cukup untuk 1 nikmat sederhana... Mata yang kau punya atau telinga yang engkau gunakan. Kau tahu 'kan bahwa tak semua orang seberuntung dirimu dengan 1 nikmat sederhana itu! Yang walau sederhana, sangat menentukan hidupmu. Paling tidak, bersyukurlah! 😊

Kawan, pernahkah engkau melihat bintang yang bertebaran di angkasa seakan sebarangan? Tidak, ia tak sebarang tempat. Uniknya, jumlahnya yang tak hingga tersusun dengan apiknya. Makanya kita mengenal gugusan bintang, bukan?
Bintang yang begitu banyaknya, tak ada yang tahu jumlahnya selain yang menciptanya. Bukankah menakjubkan!

Sudahkah kita bersyukur?

Pasir. Pernahkah pula kau menghitung tiap butirnya? Nonsense. Jumlahnya pun tiada terkira. Tapi, darimana asalnya? Pasir yang ada di tepi pantai seakan tak pernah berkurang, tapi, darumana datangnya? Bukankah sejak awal kita tahu bahwa pasir itu ada, tetapi tak tahu darimana datangnya? Ia benda mati yang tak mungkin bereproduksi. Kapan dan bagaimana ia aada? Kenapa harus dalam jumlah yang demikian hebatnya?
Ya, hanya penciptanya yang paling tahu.

Lalu, sudahkah kita bersyukur?

Bintang dan pasir itu kadang seperti kita.
Kadang kita merasakan begitu banyak hal yang seakan tak ada yang mengetahui dan memahaminya, tapi, pencipta kita tahu. Dia Maha Mengetahui bahkan yang tersirat dalam hati. Cahaya kita yang kelap kelip, kadang naik kadang turun, Allah ta'ala tahu.
Kadang pula kita tak tahu, untuk alasan apa kita diciptakan? (Ya, tujuan umumnya adalah ibadah, lalu khususnya?) Tapi, kenyataan bahwa kita hidup hari ini adalah karena sebuah sebab. Cukup itu saja dan bersangka baik pada Tuhan yang Maha Bijaksana. Allah ta'ala menciptakan kita untuk hidup di dunia ini karena sebuah sebab istimewa walau kadang terasa kita tak bernilai apa-apa seperti pasir itu. Tapi, jika tak ada pasir di dunia ini, takkan ada daratan. Maka kehadiran kita pun adalah sebuah kebaikan tergantung cara kita berprasangka pada Sang Khalik. Allah sesuai persangkaan hamba-Nya.

Kita seperti bintang dan pasir yang tercipta karena sebuah sebab istimewa.
Kita seperti bintang dan pasir yang harusnya tunduk dan patuh pada perintah pemiliknya.
Kita seperti bintang dan pasir yang harus terus bertasbih memujiNya.

Subhanaka robbiy, laa ilaha illa anta.😌😌

0 komentar:

Posting Komentar

Pages