Bismillah.
Bagaimana kabar sekalian muslimah kece?
Mudah-mudahan selalu berada dalam naungan petunjuk Allah ta’ala dan terus
bersemangat dalam ketaatan ya! Nah, muslimah, sekarang sudah tanggal berapa
Muharram sih? Wah… udah lewat setengah bulan berjalan lho ya! Nggak terasa.
Tapi, jangan sampai, setengah bulan Muharram yang sedang kita lalui hari ini
menjadi hilang ‘rasa’nya ya! Bulan Muharram di dalam sebuah hadits disebut
sebagai bulan Allah, muslimah udah tahu belum? Nah, admin mau berbagi tentang
beberapa mitos, legenda serta bagaimana syari’at Islam memandang bulan Muharram
ini. Tentunya, mudah-mudahan muslimah semakin gencar beribadah di sisa-sisa
bulan mulia ini dan tidak terprovokasi oleh keyakinan-keyakinan yang ternyata
nggak ada landasannya!
Syari’at Memandang Bulan Muharram
Bulan pertama dalam kalender hijriyah ini menjadi salah satu bulan
haram yang Allah ta’ala muliakan sebagaimana firman-Nya:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ
“Sesungguhnya
jumlah bulan di Kitabullah (Al Quran) itu ada dua belas bulan sejak Allah
menciptakan langit dan bumi, empat di antaranya adalah bulan-bulan haram” (QS.
At Taubah: 36)
Berdasarkan penjelasan dari hadits-hadits Rasulullah shallallahu
‘alayhi wa sallam, empat bulan tersebut adalah: Dzulqa’dah, Dzulhijjah,
Muharram, dan Rajab. Wah, lihat nggak sih bagaimana bentuk tarbiyah
(didikan) Allah sama kita, muslimah? Setelah kita berjuang total di
bulan nan berkah, Ramadhan, Allah kembali mentarbiyah kita untuk terus giat
beribadah di bulan haram-Nya yang berturut-turut selama 3 bulan! Sebab, di
bulan haram ini, pahala kita juga dilipatgandakan begitupula dosa kita.
Maka seakan-akan Allah ta’ala mengingatkan kita bahwa ibadah yang total itu
bukan hanya di bulan Ramadhan tetapi di semua bulan Allah ta’ala. Hal ini
karena kita adalah hamba Allah dan bukan hamba Ramadhan.
Selain itu, di bulan ini, para ulama salaf (generasi terbaik,
pent-) masih terus-menerus berdo’a agar ibadah mereka rahimahumullah
diterima oleh Allah ta’ala. Salah satu indikasi amalan kita diterima adalah
kita akan mudah pula melakukan ketaatan-ketaatan di bulan-bulan setelah
Ramadhan, termasuk bulan nan mulia ini, Muharram.
Kata Muharram artinya ‘dilarang’. Sebelum datangnya ajaran Islam,
bulan Muharram sudah dikenal sebagai bulan suci dan dimuliakan oleh
masyarakat Jahiliyah. Pada bulan ini dilarang untuk melakukan hal-hal seperti
peperangan dan bentuk persengketaan lainnya. Kemudian ketika Islam datang
kemuliaan bulan haram ditetapkan dan dipertahankan sementara tradisi jahiliyah
yang lain dihapuskan menyempurnakan kemuliaan bulan ini. Salah satu yang
membuat bulan ini istimewa digambarkan dalam hadits berikut:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ وَجَدَهُمْ يَصُومُونَ يَوْمًا يَعْنِي عَاشُورَاءَ فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ وَهُوَ يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَأَغْرَقَ آلَ فِرْعَوْنَ فَصَامَ مُوسَى شُكْرًا لِلَّهِ فَقَالَ أَنَا أَوْلَى بِمُوسَى مِنْهُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
Dari Ibnu
Abbas radhiyallahu ‘anhu, bahwa nabi shallallahu ‘alayhi wasallam. ketika
datang ke Madinah, mendapatkan orang Yahudi berpuasa satu hari, yaitu ‘Asyuraa
(10 Muharram). Mereka berkata, “ Ini adalah hari yang agung yaitu hari Allah
menyelamatkan Musa dan menenggelamkan keluarga Firaun. Maka
Nabi Musa as berpuasa sebagai bukti syukur kepada Allah. Rasul shallallahu
‘alayhi wasallam. berkata, “Saya lebih berhak mengikuti Musa as. dari
mereka.” Maka beliau berpuasa dan memerintahkan (umatnya) untuk berpuasa”
(HR Bukhari).
Nah, muslimah,
intinya… Islam memandang bulan ini sebagai bulan yang mulia karena
ibadah-ibadah di dalamnya dilipatgandakan pahalanya serta ada ibadah yang agung
di dalamnya yaitu puasa ‘Asyura yang sangat dicintai oleh Allah. Hadits Nabi :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ
Dari Abu
Hurairah radiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam.
bersabda, “Sebaik-baiknya puasa setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah
Muharram. Dan sebaik-baiknya ibadah setelah ibadah wajib adalah shalat malam.”
(HR Muslim)
Jadi,
sebagaimana Rasulullah, para sahabat dan generasi terbaik memandang bulan mulia
ini dengan pandangan motivasi beribadah, maka hendaknya kita juga demikian!
Legenda Dan
Mitos Muharram
Tahu nggak
sih, muslimah? Ternyata bulan Muharram punya banyak cerita, lho! Tapi, nggak
semua cerita itu benar makanya butuh analisis sejarah untuk membuktikan
kebenaran kisah bulan Muharram. Yups, Islam itu memang agama yang ilmiah bukan
sekadar omongan nenek moyang turun-temurun. Nah, salah satu kisah di bulan
Muharram adalah kisah Nabi Musa yang diselamatkan oleh Allah ta’ala dari
kejaran Fir’aun.
Ya, Nabi Musa
‘alayhissalam diselamatkan dari Fir’aun di bulan ini, terbukti dari hadits Nabi
shallallahu ‘alayhi wa sallam:
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah ﷺ datang ke Madinah. Beliau dapati orang-orang Yahudi berpuasa
pada hari Asyura (10 Muharam). Kemudian beliau ﷺ bertanya pada mereka,
« مَا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِى تَصُومُونَهُ
». فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ أَنْجَى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَقَوْمَهُ وَغَرَّقَ فِرْعَوْنَ وَقَوْمَهُ فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا فَنَحْنُ نَصُومُهُ.
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم-
« فَنَحْنُ أَحَقُّ وَأَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ
». فَصَامَهُ رَسُولُ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم-
وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ.
“Hari yang kalian bepuasa ini adalah hari apa?” Orang-orang Yahudi
itu menjawab, “Ini adalah hari yang sangat mulia. Ini adalah hari di mana Allah
menyelamatkan Musa dan kaumnya. Ketika itu pula Firaun dan kaumnya
ditenggelamkan. Musa berpuasa pada hari ini dalam rangka bersyukur, maka kami
pun mengikuti beliau berpuasa pada hari ini”.
Rasulullah ﷺ lantas berkata, ”Kita seharusnya lebih berhak dan lebih utama
mengikuti Musa daripada kalian.”. Lalu setelah itu Rasulullah ﷺ memerintahkan kaum muslimin untuk berpuasa.” (HR. Muslim no.
1130).
Nah, selain kisah tentang Nabi Musa dan Fir’aun, di bulan ini pula
cucu Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam, Husein radhiyallahu ‘anhu syahid.
Beliau syahid disebabkan pengkhianatan penduduk Kufah (Iraq) yang mengaku
membela (syi’ah) kepada beliau. Tetapi setelah mengetahui bahwa Husein radhiyallahu
‘anhu tetap ingin membai’at pemimpin sah dari kekhalifahan maka mereka tidak
menerima dan malah membunuh Husein radhiyallahu ‘anhu di Padang Karbala. Tentu
saja, sahabat Rasulullah termasuk Yazid bin Mu’awiyah (khalifah yang diangkat
saat itu) merasa begitu bersedih atas terbunuhnya cucu kesayangan Rasulullah
tetapi syi’ah Husein malah memutarbalikkan fakta seakan-akan para sahabat Nabi
shallallahu ‘alayhi wa sallamlah atau pengikut ahlussunnah yang membunuh
Husein. Subhanallah. (kisah lengkap:https://kisahmuslim.com/3802-syahidnya-husein-radhiallahu-anhu-di-padang-karbala.html#comment-144645 )
Bid’ah Di
Bulan Muharram
Selain
legenda dan mitos yang dikait-kaitkan dengan Muharram, masih sangat banyak
bid’ah yang jauh dari ajaran Islam. Lebih tepat lagi bahwa bid’ah tersebut merupakan
warisan ajaran Hindu dan Budha yang sudah menjadi tradisi masyarakat Jawa
yang mengaku dirinya sebagai penganut aliran kepercayaan. Mereka lebih dikenal
dengan sebutan Kejawen.
Dari segi
sistem penanggalan, memang penanggalan dengan sistem peredaran bulan bukan
hanya dipakai oleh umat Islam, tetapi masyarakat Jawa juga menggunakan
penanggalan dengan sistem itu. Dan awal bulannya dinamakan Suro. Pada
hari Jum’at malam Sabtu, 1 Muharram 1428 H bertepatan dengan 1 Suro 1940.
Sebenarnya penamaan bulan Suro, diambil dari ’Asyura yang berarti 10 Muharram.
Kemudian sebutan ini menjadi nama bulan pertama bagi penanggalan Jawa.
Beberapa
tradisi dan keyakinan yang dilakukan sebagian masyarakat Jawa sudah sangat
jelas bid’ah dan syiriknya, seperti Suro diyakini sebagai bulan yang
keramat, gawat dan penuh bala. Maka diadakanlah upacara ruwatan dengan mengirim
sesajen atau tumbal ke laut. Sebagian yang lain dengan cara bersemedi
mensucikan diri bertapa di tempat-tempat sakral (di puncak gunung, tepi laut,
makam, gua, pohon tua, dan sebagainya) dan ada juga yang melakukan dengan cara
lek-lekan ‘berjaga hingga pagi hari’ di tempat-tempat umum (tugu Yogya, Pantai
Parangkusumo, dan sebagainya). Sebagian masyarakat Jawa lainnya juga melakukan
cara sendiri yaitu mengelilingi benteng keraton sambil membisu.
Tradisi tidak
mengadakan pernikahan, khitanan dan membangun rumah. Masyarakat
berkeyakinan apabila melangsungkan acara itu maka akan membawa sial dan
malapetaka bagi diri mereka.
Melakukan
ritual ibadah tertentu di malam Suro, seperti selamatan atau syukuran,
Shalat Asyuro, membaca Doa Asyuro (dengan keyakinan tidak akan mati pada tahun
tersebut) dan ibadah-ibadah lainnya. Semua ibadah tersebut merupakan bid’ah
(hal baru dalam agama) dan tidak pernah ada contohnya dari Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam maupun para sahabatnya. Hadist-hadits yang
menerangkan tentang Shalat Asyuro adalah palsu sebagaimana disebutkan oleh imam
Suyuthi dalam kitab al-La’ali al-Masnu’ah.
Tradisi
Ngalap Berkah dilakukan dengan mengunjungi daerah keramat atau melakukan
ritual-ritual, seperti mandi di grojogan (dengan harapan dapat membuat awet
muda), melakukan kirab kerbau bule (kiyai slamet) di keraton Kasunan Solo,
thowaf di tempat-tempat keramat, memandikan benda-benda pusaka, begadang
semalam suntuk dan lain-lainnya. Ini semuanya merupakan kesalahan, sebab suatu
hal boleh dipercaya mempunyai berkah dan manfaat jika dilandasi oleh dalil
syar’i (Al Qur’an dan hadits) atau ada bukti bukti ilmiah yang menunjukkannya.
Semoga Allah Ta’ala menghindarkan kita dari kesyirikan dan kebid’ahan yang
membinasakan.
Menyikapi
berbagai macam tradisi, ritual, dan amalan yang jauh dari ajaran Islam, bahkan
cenderung mengarah pada bid’ah, takhayul dan syirik, maka muslimah, hendaknya kita
bertobat kepada Allah dan melaksanakan amalan-amalan sunnah yang sudah jelas
dilakukan di bulan Muharram oleh generasi terbaik seperti puasa. Rasulullah shallallahu
‘alayhi wasallam. menjelaskan bahwa puasa pada hari ‘Asyura
menghapuskan dosa-dosa setahun yang telah berlalu.
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَن صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
Dari Abu
Qatadah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ditanya tentang puasa hari ‘asyura,
beliau bersabda: “Saya berharap ia bisa menghapuskan dosa-dosa satu tahun yang
telah lewat.” (HR. Muslim). (sumber: dakwatuna.com)
Islam adalah agama yang sudah disempurnakan oleh Allah ta’ala, cukupkan
diri dengan syari’at Allah ta’ala berlandaskan Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah
yang shahih aja ya, muslimah. Sebab segala perkara yang baru dalam agama itu
membawa kepada kesesatan dan tiap kesesatan tempatnya di neraka, wal iyadzu
billah.
Wallohu a’lam
0 komentar:
Posting Komentar